[ 14 ]

143 24 15
                                    

Cinta itu sesuatu yang paling sulit di mengerti
-Nadia Shirren

"Astagfirullah!! Nadiaa lo ngapain?!" Pekik Lino ketika melihat Nadia yang sedang lompat lompat di kasur sambil menjerit jerit.

Nadia yang merasa namanya disebutkan pun menoleh dan menyengir lebar kepada Lino.
"Eh abang udah pulang" Nadia tetap mempertahankan cengirannya tersebut.

"Ngapa lu Nad? Lo sehat kan?" Lino menghampiri Nadia sambil memegang megang dahi Nadia bebrapa kali.

Lagi lagi Nadia hanya menyengir lebar.

"Nad lo sehat kan? Lo gak kesurupan
Bellatrix Lestrange kan?" Ucap Lino dramatis.

"Apaan sih bang yakali gue kesurupan nenek sihir" Nadia malah berucap ketus.

"Itu ngapain lompat lompat jerit jerit gitu. Serem gua liatnya Nad" Lino malah menatap Nadia jijik sambil menunjuk nunjuk ke arah Nadia.

"Ya emang nya gak boleh" Nadia mencari cari alasan lain tetapi ekspresi nya selalu terlihat bahwa ia sedang berbahagia.

"Yee boong lu. Bilang aja abis telponan sana Faisal kan lu hah? Ngaku hayo?" Lino malah memergoki Nadia.

"Idihh apaan sih Bang, lo pulang pulang bikin gue pen rebus lo deh kayanya enak" Nadia melirik Lino sinis.

"Yaudah sih biasa aja dong"

"Sana lu pergi" Nadia mengibas ngibaskan tanganya.

"Iya iya Bellatrix Lestrange" Lino menutup pintu kamar Nadia lantas lari kocar kacir. Karna tau Nadia sudah habis kesabarannya jadi lebih baik lari terlebih dahulu sebelum dapat pukulan maut Nadia.

Benar yang dikatakan Lino, Nadia lompat dari kasurnya lantas mengejar Lino sambil berteriak.
"Mati lu sama gue, Bang"

"Ampunn Nad ampunn" Lino meringis pasrah dengan pukulan yang mendarat di kepala, punggung, perut dan lengannya.

"Makanya jangan mancing emosi napa" Nadia melemparkan dirinya di kasur milik Lino sambil menetralisirkan nafasnya.

"Iyaa dehh bu. Ampun!" terdengar nafas Lino yang turun naik dengan cepat.

"Bang" Lirih Nadia sambil menatap ke arah Lino.

"Kenapa?" Balas Lino sambil membuka jaket yang dikenakanya.

"Tadi gue nangis, eh lo nya gak ada"

"Lo nangis kenapa?" Lino menatap Nadia intens.

"Mama sama Papa berantem lagi" Ujar Nadia pelan.

"Lagi? " Lino berdecih "Udah Nad sekarang jangan lo bawa hati. Nanti lama lama lo terbiasa dengan ini"

"Kok malah terbiasa Bang. Apa mau seterusnya gini terus? Sampe kapan Bang? Kenapa gak kaya dulu lagi?" Sengor Nadia.

Lino mengalihkan tatapannya ke arah lain enggan menatap Nadia.

"Buat apa mereka bersama sama kalo saling menyakiti, tapi gue juga ngak mau kalo mama sama papa pisah. Gue masih mau ngerasain kasih sayangnya mama sama papa" Nadia berusaha menahan air matanya sekuat tenaga.

"Gue juga belum dapetin alesan yang jelas Nad" Lino berkata dengan tatapan lurus kedepan.

"Kalo gitu izinin gue ikut nyelidikin papa" Nadia membalikan tubuh Lino yang mengarah kedepan agar mengarah ke arah Nadia.
"Kenapa? Lo gak mau natap gue Bang?"

LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang