Semua orang itu punya hati, dan biarkan hati tersebut memilih masing masing.
-FaisalKamu, Pemilik hati yang tidak pernah bisa aku miliki. Terimakasih sudah membuat ku berjuang mendapatkan hatimu walau tidak pernah bisa aku miliki.
-Leave"Bang Lino" Nadia menangis sembari membuka kamar Lino lantas menutupnya dengan keras.
Nadia menyadari bahwa Lino tidak ada didalam kamarnya.
Air langit pun turun seolah menemani tangisan Nadia. Mukanya ia tenggelamkan di dalam Bantal sambil memeluk guling. Beberapa kali terdengar Amira mengetuk ngetuk pintu kamar. Namun Nadia menjawabnya dengan suara tangis.
Entahlah ia selalu lemah jika kedua orang tuanya berdebat.***
"Sal abis basket temenin gue" Ucap Lino yang baru saja mengelap keringatnya tersebut karna habis latihan basket.
"Kemana No?" Faisal yang sedang minum melirik Lino dengan tatapan bingung.
"Udah ikut aja. Motor lo balikin ke rumah lo. Abis itu naik mobil gue" Lino berucap sambil membereskan barang barangnya.
"Gue ke rumah Geri dulu, Abis itu ke rumah lo" Lanjut Lino sembari meninggalkan lapangan menuju parkiran.
"Yoi"
Lino mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Merasakan sesuatu yang tidak bisa ia rasakan. Merasa gelisah hati.
Sebenarnya tubuhnya serasa remuk ingin sekali sekarang ini ia terujun ke alam mimpi, namun apa daya.
Lino selalu penasaran apa yang di lakukan Aris belakangan ini sampai membuat kedua perempuan yang di cintai menangis.Ia tidak terima sungguh. Kekagumannya pada sosok Ayah hilang sedikit demi sedikit.Tak membutuhkan waktu lama, Lino sudah sampai di rumah Geri.
Kebetulan mama Geri, tante Vani sedang menyiram tanaman di halaman rumah Geri.
"Hallo Tan" Lino tersenyum hangat.
"Gerinya ada?""Ada dikamar No, bangunin aja" Vani membalas senyuman Lino.
Sudah berapa kali Lino menggedor gedor pintu kamar Geri tapi hening, tak kunjung ada balasan. Apa mungkin Lino harus membakar kamarnya Geri? Ahh terlalu kejam.
Lino yang sudah habis kesabaranya pun menerobos masuk lalu dikejutkan dengan pemandangan yang sedikit menodai mata.
Geri tidur hanya pake selempak.
Untungnya pemandangan tersebut agak enak dipandang Geri yang memang anak basket mempunyai tubuh atletis."GERI BANGUN LO KEBO LIAR" Lino memukuli Geri dengan bantal guling yang ada di kasurnya.
"Apaan sih No" Geri mengerjapkan matanya berkali kali.
"Ayo bangun kucing pintar, lalu setelah itu mandi dan IKUT GUA" Lino beucap lembut lalu menyentaknya pada dua kata terakhir.
"Gak mau" Geri berucap manja.
"Ntar gue kasi id Nadia cepetan" Ucap Lino sambil mengibaskan ngibaskan tangannya.
"Beneran ya? Awas lu kalo boong" Ucap Geri antusias lalu berlari ke kamar mandi meninggalkan Lino.
Memang selama ini Geri mengincar Nadia, adik Lino tapi selalu di halangi dan dicegah oleh Lino. Lino selalu berkata.
"Najis gue jadi kaka ipar lo"
"Nadia terlalu cantik buat lo, cari yang jelek aja"
Padahal Nadia selalu tertawa kalo sedang dengan Geri."Cepet amat Lu Ger mandinya" Omel Lino heran yang melihat Geri, padahal baru tiga menit Geri masuk kamar mandi.
"Bawel mulu lo ah kaya emak emak lupa password instagram" Balas Geri sambil mengajak Lino keluar dari kamar nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave
Teen FictionNadia Savina Diharja, gadis berambut sebahu yang memiliki bola mata cokelat gelap berwajah pribumi dengan kulit kuning langsat. Trauma akan bertemu dengan orang orang baru, enggan berinteraksi dengan orang orang baru, hingga suatu ketika ia di perte...