16. SEMUA PENGHIANAT

64.4K 1.9K 193
                                    


Haiii....Update lagi, dan tetap ngemis vote lagi.... 😁😁

Ayolah,!!! jadi pembaca yang bijak selalu meninggalkan jejak😘😍😘😍👼👼👼👰...

==========================

Uci tetap terisak didalam mobil, sementara Dika dengan sabar mengendarai mobil yang menikmati macetnya jakarta.

"Udah dong Ci nangis nya!" Dika mencoba menghapus air mata Uci dengan tangan nya. Tapi Uci menghindar dan menggigit pergelangan Dika dengan kuat. Dika hanya meringis menahan sakit.

Setelah puas, Uci melepaskan gigitan nya pada tangan Dika. "Uci gigit aja lagi tangan kak Dika, tapi Uci jangan nangis lagi" bujuk Dika sambil menyodorkan tangan nya ke arah mulut Uci.

'Kebiasaan lama, mengibakan diri nya agar aku luluh dan memafkan nya. Itu dulu Dika waktu aku masih sangat mencintaimu'  batin Uci kemudian menepis tangan Dika dari wajah nya.

Uci menghentikan tangis nya kemudian memiringkan tubuh nya, menghadap ke luar jendela mobil.

Dika meniupi ukiran gigi Uci pada tangan nya, untuk mengurangi rasa perih karena kulit tangannya yang  terkoyak.

Setelah berhasil melewati kemacetan. Mobil pun bisa melaju dengan tenang.

'Tol JaGorAwi? Manusia ini mau menculik aku ke puncak?'  Uci mulai khawatir ketika mobil yang dikendarai Dika mulai memasuki tol JaGorAwi. Uci mulai membuka ponsel nya dan berniat mengirim Wa, meminta bantuan kepada siapa pun. Namun belum sempat Uci mengirim pesan, ponsel nya sudah dirampas Dika.

Kalau saja dalam keadaan normal mungkin Uci akan berteriak 'BALIKIIIIN...!!!' . Tapi sekarang Uci dalam posisi tidak akan pernah bicara dihadapan Dika. Uci lebih memilih mendiamkan semua tindakan Dika.

Beberapa menit kemudian Dika menghentikan mobil, dilihatnya Uci yang tidak berdaya. Uci tertidur dengan pulas.

Dika menurunkan sandaran kursi, membenarkan posisi tidur Uci, dan menata anak rambut Uci yang berantakan. "Ci..! Kak Dika kangen!" lirih Dika.

Dengan perlahan dan hati-hati, Dika mencium lembut pipi Uck, kemudian mengusap pipi tersebut dengan belakang jari telunjuknya yang di tekuk. "Sorry".

Dika memutar arah mobil, dan balik kembali menuju Jakarta.

Setelah melakukan perjalan, mengisi bahan bakar, dan membeli beberapa menu direstoran cepat saji, Dika memarkirkan mobil yang dikendarai nya, di pinggiran danau buatan pada sebuah taman. Dilihat nya Uci masih tertidur pulas.

Dika terus menatap wajah Uci yang sedang tertidur, wajah yang selama dua tahun lebih dia rindukan. Dika mengambil tangan Uci, mencium lekat tangan tersebut sambil membelai lembut rambut Uci.

Uci menggeliat, kemudia perlahan membuka mata nya. Dilihat nya Dika sudah tersenyum manis ke arah nya.

"Uci udah bangun?" tanya Dika kembali mencium tangan Uci.

Uci menarik tangan nya dan memindai ke sekeliling nya, untuk memastikan bahwa dia tidak di culik Dika kegudang tua, atau hutan belantara.

"Kita ada Ditaman dekat SMU kita dulu, taman tempat kak Dika selalu bujuk Uci kalau lagi ngambek, taman tempat kak Dika pertama kali melamar Uci buat kak Dika jadikan istri" jelas Dika sambil menegakkan sandaran kursi mobil tempat Uci duduk.

"Makan dulu ini!" Dika menyodorkan sebuah burger yang dibelinya saat perjalanan menuju taman. Uci menolaknya.

"Ci kak Dika lapar. Ini udah jam sepuluh malam. dari tadi siang kak Dika belum ada makan. Jadi ayo sekarang Uci makan burger ini, kak Dika kangen makan bareng Uci" lirih Dika dengan tatapan memelas. "Uci juga lapar kan?" Dika kembali menyodorkan burger kepada Uci.

Istri Si Dokter Muda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang