17. CINTA 0%

63.5K 1.9K 68
                                    

Update sesuai janji pada readers yang syhantik 17x syhantik
😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘

Uci masih duduk tertunduk di ujung ranjang, sambil meremas- remas jari tangan nya. Merasakan kegalauan perasaan nya. Siapa yang harus dia persalahkan atas derita nya selama ini. Siapa yang harus dia benci, dan siapa yang harus mendapat hukuman dari nya.

"Ayo dong Ci, baring sini dekat kak Dika!" pinta Dika lembut sambil menepuk bantal disebelah nya berbaring.

Uci hanya diam tanpa mengubris permintaan Dika.

Merasa tidak mendapatkan respon dari Uci, Dika bangun dari posisi baring nya dan duduk di atas ranjang.

"Ci!, Uci ga kangen ya ma kak Dika?" rengek Dika sambil menarik-narik lengah piyama Uci.

Uci melihat ke arah Dika dengan memamerkan senyum terbaik nya. Setelah itu Uci berdiri dan mengambil kotak obat bekas dia mengobati luka kecil di tangan Dika. "Kalau kak Dika lebih nyaman di kamar ini, biar Uci pindah ke kamar tamu saja" Usul Uci dengan nada bicara formal nya tanpa menghilangkan senyum terpaksa manis yang ia pamerkan.

Melihat Uci ingin berniat meninggalkan kamar nya, dengan sigap Dika menghalangi langkah Uci menuju daun pintu. "Kak Dika udah jelaskan semuanya Ci, kak Dika tau kalau kak Dika salah, kak Dika akan melakukan apa pun agar Uci mau memaafkan kak Dika" Pinta Dika dengan penuh penyesalan sambil memegang lengan Uci.

Uci memberikan senyum manis kamuflase nya. "Heiiiy... Kak Dika tidak perlu melakukan apa pun untuk mendapatkan maaf dari Uci. Uci udah memaafkan kak Dika kok". Uci menghentikan ucapan nya karena sekarang tubuh nya sudah ditarik Dika dalam pelukan erat nya.

"Yang terimakasih kamu sudah berbaik hati mau memaafkan kesalahan terbesar kak Dika" bisik Dika lembut diteling Uci, yang tanpa sadar Dika menitikan sedikit air mata terharu akan kebesaran hati Uci yang mau memaafkan kesalahan nya.

Uci mengangguk lembut dengan kepala nya masih dalam dekapan dada bidang Dika. "Uci juga bertrimakasih banyak, karena kak Dika telah mengajarkan Uci rasa sakit dari mencintai"

Dika melepaskan pelukan nya, memegang kedua bahu Uci dan menatap wajah tersenyum ikhlas Uci. "Uci masih marah kan dengan kak Dika?" tanya Dika dengan nanda khawatir.

Uci tersenyum manis menutupi dadanya yang terasa sesak dan beku. "Ga ada yang perlu Uci marahkan kak!, semua yang kak Dika lakukan kan selama ini adalah demi kebaikan Uci. Dan sekarang Uci mohon berhenti melakukan apa pun untuk Uci, pergi dari kehidupan Uci, biarkan Uci ngurus hidup Uci sendiri. Uci sudah terbiasa hidup tanpa kak Dika, jadi jangan ganggu Uci lagi" pinta Uci dengan tersenyum menahan air matanya yang hampir jatuh.

Dika menghela napas panjang, kemudian melepaskan tangan nya dari bahu Uci. Melihat langit-langit kamar untuk membuat air matanya tidak jatuh. "Bentar lagi adzan subuh, Uci mau solat berjamah dengan kak Dika?"

"Uci lagi halangan". Jawab Uci dengan senyum palsu nya.

Dika mengecup kening Uci. "Selamat istirahat" Ucap Dika sambil mengusap lembut puncak kepala Uci. Dika kemudian keluar dari kamar Uci.

Pagi hari yang cerah dan ceria. Itulah yang ingin ditampilkan Uci pada keluarga nya yang sedang duduk menikmati sarapan di meja makan.

Jika kemaren Uci bersikap bisu karena menganggap dibalik penderitaan nya di Singapur adalah Dika, Sekarang Uci bersikap ceria dan menebar senyum setelah mengetahui semua kebenaran nya. Bahwa semuanya terjadi karena kebodohan nya.

"Papi, rotinya mau Uci olesin pakai selai rasa apa?, nanas?, Coklat?, atau kacang?" tanya Uci dengan roti tawar di tangan nya sambil tersenyum ceria pada papi nya.

Istri Si Dokter Muda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang