13. Pengakuan

3.6K 414 9
                                    

Permainan baru dimulai, Iqbaal!

From: 082xxxxxxxxx
17.24

"(Namakamu) pingsan!" teriakan Steffi membuat Iqbaal mengangkat kepalanya dan melihat kearah Steffi. Ternyata ...

"Shit!"

Iqbaal langsung berlari ke tempat adiknya berada, ia mengambil alih tubuh (namakamu). Tubuh kurus itu ia baringkan dengan pahanya sebagai bantalan (namakamu). Ia terus menepuk pipi (namakamu) panik.

"(Nam)! Bangun dong,"

Berulang kali ia menepuk tapi hasilnya nihil.

Iqbaal berdecak, "Gas! Ini sahabat lo pingsan! Bawain minyak kayu putih atau apa kek. Malah bengong disini," semprot Iqbaal emosi dengan tangan yang tak terlepas dari pipi adiknya.

Bagas gelagapan dan secepatnya meninggalkan tempat itu untuk mengambil sesuatu yang bisa menyadarkan sahabatnya. Di perjalanan, ia mengomeli dirinya sendiri. Kenapa ia bisa sebodoh itu?

Dirogohnya kotak P3K yang terletak di kamarnya lalu mengambil minyak kayu putih sesuai permintaan Iqbaal tadi. Tanpa membereskan semuanya, ia bergegas membawa benda itu ke sahabatnya.

"Ini kak," Iqbaal mengambil minyak kayu putih tersebut dan membiarkan hidung mancung (namakamu) mencium aroma menyengat itu. Saat tak ada respon darinya juga, ia meletakkan benda berbotol hijau tersebut dan menggosok-gosok telapak tangan adiknya secara cepat.

"(Nam), please bangun," ucapnya cemas sambil meletakkan telapak tangan (namakamu) di pipinya.

Steffi mengerutkan keningnya, apa Iqbaal sudah bisa menerima kenyataan jika (namakamu) adalah adiknya?

Bagas? Sepertinya, ia memerlukan dokter hati saat ini. Hatinya seperti tersayat beberapa bilah pisau. Hatinya sakit saat orang lain yang menolong (namakamu), bukan dirinya sendiri.

Hei! Iqbaal bukan orang lain. Dia kakak biologisnya (namakamu). Terus kamu Gas? Kamu cuma sahabat. Gak lebih:)

Berbagai cara sudah Iqbaal lakukan dan ia ulangi. Hingga pada menit ke 15, (namakamu) siuman. Semuanya menghembuskan napas lega. Termasuk Iqbaal dan Bagas serta Steffi.

(Namakamu) menyesuaikan pencahayaan yang berebut masuk ke pandangannya. Ternyata, ia masih di rumah Bagas. Dan, eh tunggu dulu. Siapa paha yang ia jadikan bantal sekarang?

Kepalanya menengok ke arah kanan, dan ia tak bisa menahan hatinya agar tak berteriak saat mengetahui paha itu milik kakaknya. Jadi, kemungkinan besar kakaknya yang menunggunya sampai ia siuman. Oh Tuhan! Ia rela pingsan setiap hari jika Iqbaal akan terus seperti ini padanya.

"Batalin puasa aja ya?"

(Namakamu) membulatkan matanya lalu melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Hei apa Iqbaal gila? 10 menit lagi adzan maghrib.

(Namakamu) menggeleng pelan, "Sayang kak, bentar lagi,"

Iqbaal tersenyum sembari mengelus pelan puncak kepala adiknya, ah, Tuhan, apa yang terjadi dengannya?

"Gimana perasaanmu, (nam)?" tanya Bagas, (namakamu) menolehkan kepalanya ke kiri lalu tersenyum.

"Lebih baik dari sebelumnya,"

Bagas tersenyum merespon jawaban dari (namakamu), jujur perempuan itu lebih cantik dengan balutan pashmina yang menutup rambut hitamnya.

"Baru dimulai, Baal! Ini hanya pemanasan."

🍭

Senin, 17 Juli 2017

"Iqbaal, (namakamu)! Cepat! Dalam hitungan ketiga kalau kalian belum keluar, uang jajan kalian ayah pot–"

Sibling RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang