28. Persami Pertama

3.2K 374 6
                                    

Salah satu hal yang tidak menyenangkan adalah saat posisi digantikan oleh musuh sendiri dan berlagak seperti ia paling hebat.
-Iqbaal Dhiafakhri-

🍭

Sabtu, 29 Juli 2017

"Gak mau ikut lo?" tanya Iqbaal pada Naufal yang tengah menyilangkan kedua kakinya dengan mata fokus pada televisi di depannya. Toples berisi biskuit cokelat ia peluk dan didudukkan diatas pahanya.

"Kemana?" tanya Naufal balik.

Iqbaal duduk di salah satu sofa, "Mau persami,"

"Malas ah. Paling gitu-gitu aja," jawabnya.

"Halah, lo kan belum pernah persami disini curut,"

"Paling gak beda jauh sama kemah disana, ya kan?"

Iqbaal menggeleng, "Serah lo,"

Iqbaal beranjak dari duduknya, memutar badannya 90° ke kanan untuk menuju kamarnya.

"Baal," baru saja Iqbaal akan melangkahkan kakinya, suara Naufal pun keluar.

"Kelas 11 ikut gak?" lanjutnya.

Iqbaal memutar badannya kembali ke arah Naufal lalu mengernyit, "Lo nyari siapa di kelas 11, Pal?"

"Ari,"

Tubuh Iqbaal menegang. Tenggorokannya cekat mendengar nama itu disebutkan oleh Naufal. Nama yang akan membuat emosinya tak terkontrol. Terlebih saat ia mengetahui bahwa nama itulah yang akan menjadi penggantinya menjadi pradana pramuka di SMA 5.

"Baal?"

"Ah a-apa?" jawabnya gelagapan.

Naufal menatap Iqbaal malas, "Kayaknya lo perlu minum air putih banyak-banyak deh. Lo kurang fokus mulu,"

Iqbaal menarik napasnya, "Iya, ada,"

🍭

Lapangan SMAN 5, 13:12

Suasana SMA Negeri 5 saat ini ramai. Dipenuhi oleh ratusan murid berseragam pramuka lengkap yang masih berhamburan karena belum diberi aba-aba untuk berbaris. Mereka berasal dari murid kelas 11 dan murid kelas 10, murid yang baru saja menginjakkan kakinya dijenjang putih abu-abu.

"Oi! Lo bawa bekal apa?" tanya Namira kepada Steffi.

Oh jangan lupakan juga, mereka telah memutuskan untuk berdamai sejak beberapa hari yang lalu.

"Bukannya kita disediain makan ya?" jawab Steffi polos.

"Lo kata lo presiden yang makanannya disediain, hah?!"

"Loh, jadi gak ada? Mampus gue," Steffi menepuk dahinya. Entah bagaimana ia akan makan nanti. Apa nasibnya akan berakhir dengan seseorang yang dengan sukarela memberinya makan? Atau berakhir dengan makan angin sampai besok pagi?

Namira berdecak sembari menggelengkan kepalanya, "Gue gak banyak bantu nih, soalnya stok makan gue juga pas-pasan,"

"Tapi nanti gue bantuin cari makan deh, bener," lanjut perempuan berkacamata itu.

Dengan lesu Steffi mengangguk, "Oke,"

Namira tersenyum kemudian merangkul Steffi dan mengiringnya menuju tengah lapangan untuk berbaris.

Sibling RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang