21. Irham Nuran Harir

3.6K 415 38
                                    

Sabtu, 22 Juli 2017

Air hujan yang jatuh dari awan abu-abu diatas sana langsung menyerbu (namakamu) yang sedang mengayuh sepedanya tanpa ampun. Sambil berdecak pelan, ia mencari tempat berteduh. Jika tidak, semuanya akan basah. Termasuk lembaran makalah yang berada di tas ransel putihnya.

Sepedanya ia letakkan begitu saja tepat di depan toko tanpa ia standar terlebih dahulu. Hujan terlalu kejam kali ini sehingga setiap titik hujan yang jatuh terasa sakit di kulitnya.

Sekolah baru dipulangkan 15 menit lalu. Tentu saja, para murid yang kebetulan kehujanan di sekitar toko itu langsung menyerbu bangunan bercat hijau daun tersebut.

(Namakamu) melihat kesekelilingnya, bagian depan pintu toko sudah penuh. Ia tak kebagian tempat untuk bersender setidaknya sampai hujan reda.

Gadis itu menghela napasnya dengan tatapan lurus ke jalanan yang sudah berjuta-juta kali dihantam oleh hujan. Baju pramukanya sudah basah. Begitupula rambutnya. Dan sekarang, ia harus berdiri sampai entah kapan. Berdiri menikmati kedinginan dan kelelahan akibat ulah sang hujan.

"Ekhem,"

(Namakamu) menengok ke sumber suara, lelaki berambut gondrong kecokelatan menyapanya dengan deheman dan senyuman beberapa saat.

(Namakamu) sempat terdiam saat melihat senyum itu, sampai laki-laki itu menyadarkannya sambil terkekeh pelan.

"Iya, gue tau gue ganteng,"

(Namakamu) mengalihkan pandangannya sembari menggeleng pelan, "Percaya diri banget nih orang, kenal aja enggak," ucap (namakamu) dalam hati.

Lelaki itu pun mengulurkan tangannya di depan (namakamu), gadis berambut hitam itu hanya terdiam menunggu kelanjutannya.

"Karena kata orang tak kenal maka tak sayang. Jadi kita kenalan dulu, kali aja kita bisa saling sayang," ucap lelaki itu dengan senyum percaya dirinya. (Namakamu) hampir saja menampakkan wajah bodohnya jika saja ia tak ingat jika lelaki di depannya ini adalah lelaki asing. Ia harus jaga image.

"Nama gue Irham Nuran Harir, terserah mau panggil Ari, Irham, Nur, Ran, Hari, atau apapun itu. Panggil sayang juga gak papa,"

(Namakamu) memutar bola matanya, mengapa lelaki di depannya ini terlalu percaya diri?

"Oh iya, gue kelas 11 IPA 2. Tenang, gue anak karate kok, jadi gue bisa hantam siapa saja yang nyakitin lo," lanjut Ari dengan senyumnya. Dan untuk pertama kalinya, (namakamu) mulai menyukai senyum itu, apalagi jika matanya mulai menyipit. Percayalah, mungkin setelah ini Steffi dan Bagas akan memutar bola mata kesalnya saat ia terus mengulang kejadian ini sampai keduanya hapal secara detail.

(Namakamu) balas tersenyum, melihat tangan Ari yang masih menggantung di udara, ia menjabatnya, "Nama gue (namakamu),"

Secepat mungkin (namakamu) melepaskan jabatannya dan menatap jalanan kembali. Sekilas bayangan perkenalan pertamanya dengan Aldi terputar di depan matanya. Bak flashback, kejadian beberapa minggu lalu seperti terulang hari ini. Tapi bedanya, (namakamu) memang sudah mengenal dan menyukai setiap yang ada di diri Aldi sedari dulu.

"Jadi, lo nunggu siapa?"

(Namakamu) tetap diam, tak ada respon apapun dari dia sebelum Ari berdecak dan mengulangi pertanyaannya lengkap dengan nama gadis itu di akhir kalimat.

"Oh, lo nanya gue? Bilang kek daritadi, mana tau gue,"

Ari menatap (namakamu) jengah, "Gak gue nanya itu noh, yang lagi sandar di tiang kayak orang galau,"

Mata (namakamu) mengikuti arah yang dikatakan Ari, ternyata ada seorang anak SD disana yang memeluk tiang sembari memanyunkan bibirnya.

Pandangan mata (namakamu) bergeser sedikit ke kanan, mengikuti arah tatapan anak itu. Ternyata ada seorang cewek dan seorang cowok yang sebaya dengannya sedang duduk berdua sambil tertawa bersama.

Sibling RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang