15. Mulai Renggang?

3.6K 412 19
                                    

"Lo kenapa sih, Stef? Kelakuan lo childish banget tau gak! Lo gak berhak marah ke (namakamu). Dia gak salah! Dia-"

"Berhenti bela (namakamu)!" potong Steffi.

Bagas menahan langkah Steffi dengan kembali menahan tangannya, perempuan itu mendengus kesal, "Hargain orang ngomong! Gue belum selesai!"

Bagas menghela napasnya kemudian melepas tangannya dan berhenti di kedua pundak Steffi, "Tolong, jangan egois. Kak Aldi memang suka sama (namakamu) sejak pertama mereka bertemu. Percuma lo ngejar dia mati-matian, tapi dia malah ngejar yang lain!"

Steffi terdiam akan perkataan Bagas, tak lama bel masuk berbunyi.

"Lo pikirkan langkah lo. Jangan sampai hanya karena masalah ini, persahabatan kita renggang. Gue gak mau lo nyesel kemudian hari," Bagas menepuk pundak Steffi tiga kali.

"Pikirkan dengan matang, gue mau ambil topi di ruangan gue dulu,"

Bagas berlari menuju ruangannya dan meninggalkan Steffi yang mematung sekarang. Bagas benar, dirinya egois. Egois karena ingin memiliki Aldi.

Lalu, jika ia menyerah, bagaimana nasib hatinya?

🍭

Iqbaal keluar dari kelas 12 IPA 1 sambil memakai topi SMA-nya. Meskipun kelas itu belum tentu kelasnya karena pembagian kelas akan dilaksanakan setelah upacara, ia tetap menaruh tasnya disana. Bersama ketiga kawannya, termasuk Bastian yang masih kelas 11.

"By the way, tadi lo dicari Karel, Di," ucap Iqbaal ketika melihat Aldi masuk ke kelas tanpa senyum di wajahnya. Ucapan Iqbaal saja tak ditanggapi olehnya.

Iqbaal mengerutkan keningnya kemudian menoleh ke belakang, Aldi meletakkan tasnya di samping tas Iqbaal lalu keluar dengan topi di tangan kanannya.

"Kenapa lo, Di?" tanya Iqbaal.

Aldi menggeleng pelan, Iqbaal semakin yakin bahwa sahabatnya sedang ada masalah.

Aldi mulai melangkah mendahului Iqbaal, untungnya lelaki itu langsung sadar dan menyusul Aldi lalu merangkulnya.

"Cerita aja, siapa tau gue bisa bantu," ucap Iqbaal lalu tersenyum. Tapi, Aldi masih enggan mengeluarkan suaranya.

Iqbaal menghembuskan napas pasrah, "Yaudah, tapi gue siap jadi tempat curhat lo kalau lo sudah siap,"

"Gue duluan, Di! Semangat jadi pemimpin!" ujar Iqbaal memberi semangat, baru 5 langkah ia berjalan, langkahnya terhenti karena Aldi berkata sesuatu.

"Gue nembak Ziva,"

Iqbaal tersentak kemudian kembali ke posisi Aldi dengan berjalan mundur, "Terus? Diterima?"

Aldi terdiam sejenak lalu menggeleng, fyuh! Untung saja adiknya tak menerima dia. Bisa barabe semuanya.

Iqbaal tersenyum tipis sembari menepuk pundak Aldi, "Semangat! Semua gak harus dipersatukan dengan pacaran kok,"

Aldi mengangguk pelan lalu mengulas senyumnya.

"Langkah yang tepat, dek," gumam Iqbaal dalam hati.

🍭

"Woy! Minggir-minggir! Cogan sama cecan mau lewat!" teriak Kurnia membelah kerumunan murid yang mengerumuni salah satu mading sekolah. Secepat suara merambat, secepat itu pula Kurnia mendapatkan omelan dan umpatan dari murid lainnya.

Sibling RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang