16. Suatu Kebenaran

3.6K 406 11
                                    

"Di, Aldi!" teriak Iqbaal di parkiran. Matanya melihat Aldi sedang menaiki motornya. Bergegas kaki panjangnya berlari agar tak kehilangan jejak mata sipit itu. Tas yang hanya sebagai pajangan tanpa diisi buku itu ikut terombang-ambing mengikuti arus yang dibuat Iqbaal akibat larinya.

Aldi menatap Iqbaal saat lelaki itu berada di dekatnya, "Kenapa?"

Iqbaal mengatur napasnya sebentar, "Lo lihat Babas?"

Aldi mengerutkan keningnya, sejak upacara berakhir, ia tak melihat batang hidung sepupunya, "Enggak, kenapa?"

Iqbaal berdecak lalu mengacak rambutnya kasar, "Mana sih si kibo itu? Ngilang mulu. Di telepon gak diangkat, di line, wa, sms, fb, apalagi," keluhnya.

"Kenapa sih sama Babas?"

"Kita mau rapat pramuka, si Nelwan nyuruh gue nyari tuh curut satu. Gak tau apa, kalau nyari Bastian itu bikin gue tambah kurus?"

Gelak tawa Aldi mulai terdengar di telinga Iqbaal, Iqbaal langsung menatapnya heran.

Aldi menggeleng kemudian turun dari motornya, "Gue tau dimana Babas berada," ia merangkul Iqbaal dan mulai berjalan ke suatu tempat yang tak Iqbaal tahu dimana.

"By the way, Baal. Gue mau curhat boleh?" tanya Aldi pelan, senyum Iqbaal tertarik perlahan.

"Curhat aja lagi, kayak baru kenal aja lo pakai jaim,"

Aldi menarik napasnya pelan lalu menghembuskannya, "Gue sekarang tau, kenapa dulu (namakamu) menolak gue anter dan akhirnya lo yang anter dia dengan selamat sampai rumah,"

Perkataan Aldi membuat detak jantung Iqbaal lebih cepat dari biasanya.

"Aldi sudah tahu kalau gue kakaknya?" gumam Iqbaal dalam hati.

Aldi berdehem, "Di markas aja deh,"

Iqbaal mengerjapkan matanya berulang kali, "O-oke,"

Ternyata, langkah kaki Aldi membawa Iqbaal ke dalam kelas Bastian, 11 IPS 3. Senyuman khas tersungging di bibir Aldi kala melihat Iqbaal ternganga. Bastian ada di dalam, ia sedang tidur. Tiga kursi barisan paling belakang ia rapatkan dan tidur dengan ditutupi oleh meja dari samping sehingga tak terlihat jika dari depan ataupun dari luar.

"Lah pa-padahal gue udah kesini tadi, Di. Beneran,"

"Pasti lo cuma diluar, ya kan?"

Iqbaal menyengir, pertanyaan yang lebih ke pernyataan tepat menyentuhnya.

Aldi tersenyum tipis lalu mulai membangunkan sepupunya. Ibu jari dan jari telunjuknya ia gunakan untuk mencapit hidung Bastian. Beberapa detik.

"Eh, anak orang mati, Di!" pekik Iqbaal sambil memukul lengan Aldi berulang kali.

Aldi memberi isyarat diam dengan jari telunjuk lain yang diletakkan di depan mulutnya, "Cara ampuh buat bangunin kebo,"

Uhuk uhuk!

Kedua jari Aldi terlepas bersamaan dengan bangunnya Bastian yang menatap Aldi dengan tatapan marah.

"Aldi! Lo mau gue mati?!"

Tawa Aldi meledak, "Kagak adkel, lo ditunggu Tuan Nelwan dari tadi. Lo lupa hari ini rapat?"

Bastian terdiam, kepala menengok ke Iqbaal yang menatapnya dengan tatapan tak bersahabat. Akhirnya Bastian mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya lalu tersenyum tanpa dosa.

Sibling RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang