Rabu, 14 Juni 2017, 08.21
(Namakamu) mengerjapkan matanya perlahan ketika cahaya matahari menembus kamarnya meskipun harus melewati gorden berwarna abu-abu. (Namakamu) mengerang lalu mencari keberadaan ponselnya untuk mengetahui jam berapa sekarang.
Dan..
"Hah? Hampir setengah 9? Waa, mampus gua!" pekiknya panik lalu bergegas mencari handuknya.
Tak lama, ponselnya berdering dan bergetar panjang, menandakan seseorang meneleponnya.
"Astaghfir, tuh siapa lagi sih? Ah ilah, gak tau apa lagi repot begini. Ntar kalau Steffi sama Bagas ngomel mampus gua!" gerutunya lalu menggeser tombol hijau dan menempelkan ponselnya ke telinga kanannya tanpa melihat siapa yang menelponnya.
"Ha-"
"Wey! Lo kemana sih? Gila! Gue sama Steffi lumutan nungguin lo disini! Daritadi ditelpon gak diangkat-angkat. Lo hibernasi lagi? Ck, pokoknya gue gak mau tau. 15 menit lagi lo harus sampai di taman! Jangan lupa bawa sepeda lo!"
(Namakami) meringis mendengar omelan dari Bagas. Belum sempat ia menjawab, sambungan sudah diputuskan sepihak oleh sang penelepon. Ia baru ingat jika hari ini adalah pengumuman siapa yang lolos masuk ke SMA itu.
(Namakamu) menepuk dahinya pelan, "Pikun banget sih gue. Gak lagi ah, tidur habis salat. Kesiangan kan gue," gerutunya lalu meletakkan ponselnya dan berlari menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur.
***
(Namakamu) mengayuh sepedanya super cepat. Ia tak mau mendengar omelan ronde kedua dari mulut Bagas maupun dari Steffi. Untungnya, ritual di rumahnya tadi berlangsung lancar. Tidak ada sesuatu yang menghambatnya.
"Ya ampun, (namakamu) Zivanna! Lo telat berapa menit? Lumutan gue nungguin," omel Steffi.
(Namakamu) menghela nafasnya, "Maafin gue, Tep, Gas. Gue kesiangan,"
Steffi menganggukkan kepalanya, "Yes, I know. Gue tau kalau lo telat berarti lo kesiangan. Gue gak mau memperpanjang masalah. Jadi sekarang kita langsung pergi aja," ucap Steffi lalu menaiki sepedanya.
"Makanya, habis salat subuh itu ngaji! Jangan langsung tidur!" celetuk Bagas lalu terkekeh dan mengayuh sepedanya mendahului (namakamu) dan Steffi.
Steffi pun terkekeh, "Gue setuju sama Bagas kali ini, (nam)," timpal Steffi kemudian mengayuh sepedanya mengikuti Bagas. Sedangkan (namakamu) memutar bola matanya kesal, andai tadi malam ia tidur tepat waktu, ia tidak akan tidur selepas salat subuh dan tidak akan kesiangan plus mendapat omelan dari kedua mulut cerewet seperti ini.
***
Akhirnya mereka bertiga sudah sampai di gedung sekolah SMA Negeri 5. Setelah memarkirkan sepeda di tempat parkir, mereka pun berjalan ke papan pengumuman yang saat ini tengah dikerumuni oleh manusia.
Bagas berdecak, "Ah harusnya lo hari ini gak usah ikut, (nam). Lo pasti udah masuk,"
"Bener, gue nah yang diujung tanduk. Tambah lama tambah nurun, kesel gue," gerutu Steffi.
(Namakamu) menenangkan Steffi dengan menepuk pelan pundaknya berulang kali, "Positive thinking, sist! Lo pasti lolos disini, percaya sama gue,"
Steffi tersenyum ke (namakamu) lalu mencubit pipi chubby sahabatnya, "Gue selalu percaya sama lo, soalnya setiap kata yang keluar dari mulut lo pasti bener,"
(Namakamu) terkekeh, "Ah bisa aja lo, Tep,"
"Eh, (nam). Rencana pengen masuk ekskul apaan nanti?" tanya Bagas yang berjalan di samping (namakamu).
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibling Relationship
Fanfic(Namakamu) Zivanna Hakim, gadis remaja berusia 15 tahun yang lahir di keluarga sederhana. Dia tidak disukai oleh kakaknya sendiri, Iqbaal Dhiafakhri Hakim sehingga membuatnya diasingkan oleh Iqbaal. Tetapi, selalu ada 2 insan berbeda aliran darah ya...