25. Kilas Balik

3.3K 374 8
                                    

10 Desember 2009

"Baal. Kamu kenapa sih gak bisa baikin adik kamu?"

Naufal menatap Iqbaal yang sedang membaca buku dari samping. Kepalanya ia letakkan di atas tumpukan lipatan tangan dan menghadap ke Iqbaal.

"Ya aku malas sama dia,"

Naufal mendengus, bukan jawaban seperti itu yang ia inginkan.

"Kenapa sih kamu gak coba sayang aja dulu sama dia? Sakit loh, kalau kakak gak pernah anggap adiknya ada," jawab bocah itu seadanya.

Iqbaal menghela napasnya, buku yang sedari tadi menyita perhatiannya ia letakkan di atas meja. Kemudian menatap Naufal yang masih setia pada posisinya.

"Ada sesuatu yang belum kamu tahu dari aku, Pal,"

Naufal langsung duduk tegak, tentu dengan ekspresi setengah terkejut dan setengah penasaran, "Apa?"

"Aku gak punya saudara kandung,"

"Hah?"

Iqbaal menarik napasnya dalam sambil memejamkan kedua matanya, "Iya, (namakamu) diangkat papa sama mamaku karena pas itu dia kecelakaan pesawat dan gak ada yang tahu siapa orang tuanya,"

🍭

Deru mesin mobil putih yang dikendarai Iqbaal berhenti saat Naufal keluar dan mengambil barang-barang yang berada di bagasi. Sebelum melepaskan seatbelt, ia melirik ponselnya terlebih dahulu. Tadi, ada notifikasi dari Aldi. Tapi tak ia hiraukan karena ia tidak mau terjadi apa-apa jika ia memainkan ponsel saat mengendarai.

Lelaki itu meraih ponselnya yang berada di dashboard, menekan notifikasi dari Aldi dan membalas ocehan yang sepertinya tak bermutu dari sahabatnya itu.

"Woy Baal! Turun ilah! Lo mau tidur di mobil?"

Omelan dari mulut Naufal terdengar jelas di telinga Iqbaal. Sembari menghembuskan napas kesal, ia melepas seatbelt dan keluar dari mobil itu.

"Ini rumah lo? Kayak ada yang beda," ucap Naufal sambil memperhatikan sekelilingnya.

"Yaiyalah berubah. Lo gak liat rumah gue aja 7 tahun," jawab Iqbaal sewot setelah mengetuk pintu.

Cklek

"Eh, Naufal," sapa Karina ramah. Tentu saja, lelaki berusia 17 tahun itu meraih tangan Karina dan mencium punggung tangannya.

"Wah, kamu sudah gede ya. Gak kerasa,"

Naufal terkekeh pelan, "Iya tante. Tante juga makin cantik loh. Naufal tadi sampai pangling,"

"Wah, bener? Tante makin cantik?" ucap Karina tak percaya lalu memegang kedua pipinya.

"Denger tuh, Baal. Naufal aja bilang kalau mama makin cantik. Gak kayak kamu,"

Iqbaal menggeleng sebal, "Ma, please, ini sudah malam. Gak mungkin kan ngebiarin Iqbaal sama Naufal kedinginan?"

"Ah iya!" Karina menepuk dahinya pelan, "Yuk masuk nak, diluar dingin,"

"Baal, bawa barang-barang Naufal gih,"

Ekspresi sebal Iqbaal kembali terpancar jelas disana. Naufal hanya terkekeh pelan seraya mengangkat kedua bahunya.

"Yang sabar ya," ucapnya tanpa bersuara.

Karina menggiring Naufal untuk memasuki rumahnya yang minimalis itu. Mata Naufal tetap saja menjelajah kesana kemari. Rasa penasarannya yang terlalu tinggi kembali muncul tanpa bisa terkontrol.

Sibling RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang