Sabtu, 17 Juni 2017
Hari ketiga sekaligus hari terakhir Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi murid SMA Negeri 5. Hari terakhir dimana mereka bertemu para most wanted yang menjadi anggota OSIS sebelum libur selama 1 bulan ke depan.
(Namakamu) sudah berdiri di depan rumahnya sejak 10 menit yang lalu. Pada dasarnya, ia lebih suka ditunggu daripada menunggu, karena katanya menunggu itu melelahkan. Dan terbukti, ia lelah menunggu seseorang sekarang. Siapa dia?
"Ekhem,"
Deheman seseorang menyadarkan (namakamu) dan refleks ia menoleh ke sumber suara.
Ia tersenyum saat melihat seseorang itu mendekat lalu merangkulnya, "Nunggu siapa, dek?"
"Temen yah," jawab (namakamu) seadanya. Ia jujur, ia anak baik-baik jadi ia tak pernah berbohong, —kecuali dalam keadaan genting—.
Ayah Robby menatap anak tirinya itu jahil, "Bener teman? Teman atau someone special, nih?"
"Iya, yah. Beneran,"
Robby menoleh ke (namakamu), "Beneran someone special maksud kamu?"
(Namakamu) membulatkan matanya kemudian menggeleng cepat, "Enggak yah. Cuma teman beneran," kata (namakamu) berusaha meyakinkan ayahnya dengan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya serta mengepalkan jari manis, kelingking, dan ibu jari.
Ayahnya terkekeh, "Iya dah, ayah percaya. Jadi, mau sampai kapan nungguin dia? Udah hampir jam 7 loh, dek,"
(Namakamu) melirik jam tangannya, benar, 5 menit lagi jam tujuh. Jika, orang itu tidak menjemputnya sekarang, ia akan terlambat.
"Sudah dihubungin belum, dek?" tanya ayahnya lagi.
"Gak diangkat, yah," jawab (namakamu).
Robby mengeratkan rangkulannya, "Yaudah bareng ayah aja, ayah gak tega kalau anak gadisnya dihukum sama kakak OSIS yang galak gara-gara nungguin si someone special-nya," ujar Robby lalu mengedipkan salah satu matanya di akhir katanya.
(Namakamu) terkekeh pelan lalu mengangguk menyetujui perkataan ayahnya. Robby tersenyum setelah itu menggiring (namakamu) ke mobil yang sudah terparkir rapi di tepi jalan depan rumahnya, dengan kata lain, di depan mereka.
(Namakamu) tersenyum dengan perlakuan ayah tirinya yang telah menjadi ayah sambungnya sejak 3 tahun yang lalu. Percayalah, Papa Indrawan dan Ayah Robby memiliki tempat tersendiri di hatinya, tidak ada yang tergantikan dan menggantikan.
🍭
Iqbaal mengerutkan dahinya ketika melihat sepeda motor berwarna hitam terparkir di depan rumahnya.
"Siapa? Aldi?" tanyanya pada dirinya sendiri. Sang empu motornya sendiri masih berada di atas kendaraannya dengan ponsel yang berada di tangannya.
Iqbaal mengulum bibirnya kemudian melangkahkan kakinya menuju motor yang berada di garasi. Tetapi, langkah Iqbaal langsung tertahan dan kembali berjalan mundur ke depan pintu utamanya.
"Ma! Iqbaal berangkat dulu, Assalamu'alaikum," teriak Iqbaal. Setelah mendapat jawaban, Iqbaal kembali melanjutkan langkahnya.
Mata Iqbaal terus tertuju pada laki-laki itu, rasa penasaran kembali menyapa dirinya. Ia berniat, ia akan bertanya siapa dia ketika akan keluar bersama motor bebek kesayangannya.
Baru saja Iqbaal akan menarik gas motornya, laki-laki misterius itu malah berlalu lebih dulu.
"Lah ninggalin," dengus Iqbaal kesal. Akhirnya dengan berat hati, Iqbaal harus bersabar sebentar dan mengikuti kemana perginya laki-laki itu. Ya, ia sangat penasaran. Bodo amat dengan bensin dan latihan basketnya pagi ini. Ia tidak mau mati penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibling Relationship
Fanfic(Namakamu) Zivanna Hakim, gadis remaja berusia 15 tahun yang lahir di keluarga sederhana. Dia tidak disukai oleh kakaknya sendiri, Iqbaal Dhiafakhri Hakim sehingga membuatnya diasingkan oleh Iqbaal. Tetapi, selalu ada 2 insan berbeda aliran darah ya...