24. Ketika Iqbaal bertemu Naufal

3.9K 398 29
                                    

Pekalah kepada sekitarmu. Biasanya, ada orang yang mengharapkanmu lebih dari layaknya seorang teman.
-Kiky, 2017-

🍭

3 tahun yang lalu

"Mama gak bisa seenaknya aja mau nikah sama orang lain! Mama sudah gak cinta lagi sama papa?"

Iqbaal menangis tersedu-sedu, keputusan mamanya untuk menikah kembali di umurnya yang menginjak 15 tahun membuatnya marah dan kesal. Ia tak ingin memiliki ayah tiri, ia tak ingin memiliki saudara tiri. Cukup (namakamu) saja yang menjadi masalahnya saat ini.

Karina berlutut di hadapan Iqbaal yang kala itu duduk di sofa dengan mengenakan seragam putih birunya.

"Sayang, mama terpaksa melakukan ini karena kakek dan nenek kamu yang minta. Ini bukan kemauan mama, ini kemauan mereka. Dan mama yakin, semua keputusan orang tua mama pasti adalah yang terbaik buat anaknya," Karina tersenyum tipis sambil menepis air mata yang baru saja jatuh di pipi Iqbaal.

"Lagipula ini untuk kebaikan kamu dan adik kamu. Untuk masa depan kalian. Percaya sama mama, Om Robby adalah sosok ayah idaman. Dan mama bisa yakinkan kalian kalau dia tidak akan mengecewakan kalian,"

Iqbaal menghapus air matanya, "Iqbaal mau punya ayah tiri asal Iqbaal gak punya saudara lagi. Apalagi saudara tiri!"

Karina tersenyum lega, "Iya sayang, mama janji apapun akan mama lakukan buat kebahagiaan kamu,"

Akhirnya Iqbaal berhasil mengucapkan kalimat tadi setelah cukup lama berembuk dengan hati dan pikirannya. Ia yakin, mamanya tak akan mengingkari janjinya.

🍭

Sejak kecil, (namakamu) sudah mengagumi dan menyukai langit. Katanya keren dan menakjubkan. Paling tinggi tapi tak pernah menyombongkan dirinya, karena ia sadar, di atas langit masih ada langit.

Tak seperti manusia, banyak yang selalu menyombongkan dirinya padahal dia tak lebih baik dari lainnya.

Di bawah bentangan langit nan luas ini, ia biasa menumpahkan semua uneg-unegnya. Entah itu senang atau sedih. Yang pasti dia nyaman bercerita kepada langit yang nyatanya selalu menjadi pendengar setia meskipun tak bisa membantunya secara langsung kecuali Kehendak Tuhan.
Kenapa bukan manusia?
Karena ia juga menyadari, tak semua harus diceritakan kepada orang lain. Karena hanya beberapa yang benar-benar ingin menolong, sedangkan sisanya hanya numpang mendengar cerita dan turut simpati.

"(Nam),"

Gadis yang sedang memandang langit biru itu menengok, mengangkat alisnya untuk menanyakan maksud kedatangan Iqbaal.

Iqbaal menggeleng, langkah kakinya semakin mendekati (namakamu) yang berada di pagar balkon.

"Gue nanya sesuatu ke lo boleh?"

(Namakamu) terdiam beberapa detik kemudian mengangguk, "Tanya aja kali, kak,"

"Lo bener suka sama Aldi?"

(Namakamu) membulatkan matanya, apa maksudnya?

"Enggak kok, kak,"

Iqbaal tertawa, jujur (namakamu) baru melihat Iqbaal tertawa dalam jarak cukup dekat seperti ini. Pemandangan yang langka.

"Kalau lo benar suka sama dia, ya perjuangin lah,"

(Namakamu) tersenyum tipis, "Jadi kakak gimana? Udah perjuangin doi belum?"

Iqbaal menggaruk tengkuknya sebentar, "Gimana mau perjuangin, doi aja gak punya,"

(Namakamu) menggeleng pelan sembari tersenyum. Matanya kembali menatap langit biru menjelang oranye yang dihiasi gumpalan kapas putih disana.

Sibling RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang