Rabu, 26 Juli 2017
"Lo masih gak tau penyakit (namakamu)?" tanya Naufal, Iqbaal menggeleng pelan.
Naufal menghembuskan napasnya pelan, "Gue gak nyangka, tuh anak bisa sehebat ini nyembunyiin penyakitnya,"
"Apa sih, Pal?"
"Lo ingat pas kita kejar dia pakai topeng gorila yang mirip lo itu pas dia TK?" tanya Naufal.
Iqbaal mengerutkan dahinya kemudian mengangguk.
"Terus adik lo pingsan,"
"Ya ya ya, gue ingat Tuan Naupal,"
"Nah, jantung adik lo lemah. Pas itu gue gak terlalu paham sama penyakit itu, tapi gue cukup pintar untuk gak kasih tau lo semuanya," jawab Naufal.
Iqbaal terdiam, matanya menerawang lurus ke depan.
"Menurut apa yang pernah gue pelajari di negeri orang, orang yang kena penyakit itu gak bisa capek. Misal gak bisa lari-lari gitu,"
"Ya, gue ingat. Dia pernah pingsan pas gue suruh lari. Ternyata dia punya penyakit," Iqbaal mengangguk-angguk kepalanya.
Tetapi, anggukan kepala Iqbaal terhenti saat Naufal berkata, "Dan gue juga baru tahu kalau penyakit itu berbahaya buat dia,"
Iqbaal menopang kepalanya dengan kedua tangannya, di kepalanya masih terngiang-ngiang perkataan Naufal tadi malam. Tentang (namakamu). Seseorang yang selalu ia sakiti. Betapa jahatnya Iqbaal, selalu menambah beban (namakamu) disamping penyakit yang dideritanya sejak kecil.
Perlahan Iqbaal menghembuskan napasnya. Sekarang apa? Memutar waktu? Tak bisa. Waktu dan kesempatan hadir hanya sekali dan tidak untuk diulang kembali atau dibayar dengan uang.
"Pagi-pagi sudah ngelamun aja bro?" sapaan Aldi membuat Iqbaal tersentak dan sadar dari lamunannya.
Reflek, ia langsung menoleh ke Aldi, "Hah? Apa?"
Aldi menggeleng, "Enggak. Gak kayak biasanya pagi-pagi lo udah ngelamun. Biasanya juga udah cerewetin anak yang lagi piket sekarang,"
"Ah malas. Udah besar semua, gak perlu gue ingetin mulu,"
Aldi tertawa dan membenarkan perkataan Iqbaal, "Oh iya, lo dipanggil ke sekretariat pramuka sekarang,"
"Siapa yang panggil?"
"Biasa, Nelwan," jawab Aldi sembari mengeluarkan sebuah kotak dari tasnya.
Iqbaal mengerutkan dahinya sebentar lalu mengangguk, "Oke thanks,"
Setelah menepuk pelan pundak Aldi, Iqbaal meninggalkan sahabatnya itu dengan sebuah kotak yang berada di tangannya. Kotak berwarna cokelat ditambah dengan pita di ujung kotak itu sebagai pemanis.
Setelah memantapkan hatinya, ia berjalan keluar kelas.
"Tuhan, lancarkan semuanya,"
🍭
"(Namakamu)!"
Yang merasa namanya disebut menoleh, terlihat lelaki bertubuh berisi sedang berlari kearahnya dengan tas yang seperti tak ada isinya.
"Kenapa kak?"
Dengan napas yang masih terengah-engah, lelaki bername-tag Teuku Ryzki M. itu menjawab, "Phulpen loh jatuh," ucapnya lalu memberikan sebuh pulpen berwarna merah muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibling Relationship
Fanfiction(Namakamu) Zivanna Hakim, gadis remaja berusia 15 tahun yang lahir di keluarga sederhana. Dia tidak disukai oleh kakaknya sendiri, Iqbaal Dhiafakhri Hakim sehingga membuatnya diasingkan oleh Iqbaal. Tetapi, selalu ada 2 insan berbeda aliran darah ya...