Pagi ini aku hendak berangkat ke sekolah seperti biasanya. Ini adalah hari pertamaku setelah libur kenaikan kelas. Yap, mulai hari ini aku duduk di bangku kelas 2 SMP
Aku kelas 8A. Tidak terlalu jauh berjalan dari gerbang. Mungkin aku beruntung.
Baru saja hendak memasuki kelas, aku sudah disambut dengan seorang temanku, Fia.
"Liburan kemana aja, Li?" tanya Fia padaku namun tidak kuhiraukan karena aku hendak menaruh tas terlebih dahulu.
Fia duduk di bangku kosong depanku dengan raut wajah kesal karena pertanyaannya tak kujawab.
"Di rumah doang." jawabku singkat. Setelahnya, Fia mengangguk dan kembali ke bangkunya bersama teman Gumshooter.
Fyi, Gumshooter adalah squad di kelasku. Anggotanya ada 5. Fia, Ara, Andra, Icha, dan Sana. Mereka sudah seperti keluarga. Aku terkadang iri melihatnya. Mereka bukan geng yang isinya anak kaya raya, atau anak hitz yang senang berfoya-foya. Itulah yang membuatku senang bergaul dengan mereka.
Cukup membahas tentang Gumshooter.
Dila, teman satu bangkuku datang dengan senyum tipisnya.
"Hai Li.", sapa Dila yang hanya kubalas anggukan.Satu persatu teman kelasku datang hingga membuat suasana kini menjadi sangat bising.
Bisa dibilang, aku pendiam dan intovert. Tapi bukan berarti aku anak ansos. Aku juga punya squad seperti Gumshooter. Namanya Helium. Ada aku, Dila, Lena, dan Lita. Lucunya, semua nama kita ada huruf L nya.
Aku bahagia dan bersyukur bersekolah di SMP ini. Dipertemukan dengan Helium adalah keberuntungan yang paling berharga bagiku. Mereka hartaku.
Seperti sekolah pada umumnya. Setelah jam pelajaran, belum istirahat pertama berbunyi.
Aku melihat dia di bangku kantin bersama teman-temannya.
Oh iya, aku lupa.
Maksudku Dimas.Dia tertawa begitu manis.
Sepertinya aku mengaguminya.Aku membuyarkan lamunanku dan melewatinya begitu saja.
Entah aku yang merasa geer atau memang benar dia memperhatikanku.Ingin rasanya aku menatap dia, tapi aku tidak seberani itu.
"Lia!"
Dimas memanggil namaku. Tidak salah lagi. Kali ini, aku memberanikan diri untuk melihat lelaki itu.
Dimas tampak tersenyum lebar. "Dompetmu jatoh." ujarnya sambil menyodorkan dompet berwarna merah padaku.
Ternyata hanya dompet. Aku sudah geer padahal.
"Jangan jatuhin dompet di depan aku!" Dimas membentakku dengan dahi yang berkerut.
Aku mengernyit heran. Apa maksudnya? Oh iya, aku belum berterima kasih. "Mm--"
"Tapi kalo kamu mau jatuh cinta sama aku rak po-po."
Sepertinya aku harus mmengurungkan niatku untuk berterima kasih. Karena aku harus segera pergi sebelum Dimas dan teman-temannya sadar warna pipiku sudah berubah menjadi merah padam.
*****
Jika semua orang menyukai bel pulang sekolah, aku justru membencinya.
Bagaimana tidak, sepulang sekolah aku harus mengikuti bimbel di sebuah lembaga.
"Hai Milea." Siapa lagi yang menyapaku dengan centil seperti itu jika bukan Faris. Teman satu bimbelku.
Aku mendengus kesal dan mengabaikannya. Ia sedang mabuk novel Dilan. Jadi, untuk apa kuladeni?
"Cuek banget tho, Li. Tar aku seneng piye?" Perkataan Faris barusan membuatku berdecak dan berbalik menatapnya.
"Bodo amat." jawabku singkat
Meski aku kembali berpaling, aku melihat dia mencebikkan bibirnya. Lucu sekali. Kalau saja dia bukan playboy dan pacarnya tidak di mana-mana, mungkin aku sudah menyukainya.
Setelah beberapa menit aku menunggu, akhirnya guru kami datang. Mata pelajaran hari ini adalah Bahasa Inggris. Bukannya tidak suka, tapi sungguh membosankan.
Karena aku memilih bangku paling belakang, jadi aku bisa leluasa untuk mengaktifkan ponselku. Ya, untuk sedikit mengusir rasa bosan.
Aku membuka aplikasi instagramku dan melihat akun milik teman-temanku.
Sampai akhirnya aku memikirkan Dimas. Laki-laki yang kuketahui otaknya encer itu punya instagram tidak, ya?
Untuk yang bertanya mengapa aku seperti tidak mengenal teman sekelasku padahal sudah dari setahun yang lalu, kutegaskan sekali lagi jika aku anak introvert.
Aku mengetik nama "Dimas Candra" dan muncullah akun milik lelaki itu. Tidak ada foto yang menampakan wajahnya. Wajar lah, dia kan pria.
Aku mulai penasaran dan melihat siapa saja yang ia follow. Aku menemukan sebuah akun squad yang anggotanya ada Dimas.
Dari akun itulah aku menemukan banyak hal tentang Dimas. Mulai dari tingkah gilanya dan kebiasaan yang lain.
Tapi yang kutahu, kalau seorang lelaki sudah punya squad, dia akan memprioritaskan teman-temannya daripada pacarnya.
Ah apasih aku ini, pacar juga bukan sudah berpikir yang tidak-tidak.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About LDR
Historia Corta"Aku pikir aku tahu segalanya tentang kamu. Tapi ternyata aku salah. Perasaan kamu ke aku aja aku ga tau." - Anastasya Ayu Berliana "Jangan minta aku buat mencintai kamu, karena memang sudah. Dan jangan minta aku buat milikin kamu, karena ga mudah."...