Setelah kemarin menghabiskam banyak waktu bersama Faris, aku menyadari satu hal.
Bahwa selama ini aku terlalu fokus pada Dimas hingga melupakan kebahagiaan di sekitarku.Aku terlalu fokus memikirkan bagaimana perasaan Dimas padaku hingga lupa bahwa rasa sayang sahabat-sahabat aku jelas lebih besar dari itu.
Aku terlalu fokus membangun kebahagiaan bersama Dimas. Padahal, jelas-jelas dia selalu saja menyakitiku.
Dan aku menyimpulkan satu hal, aku harus bahagia meski tampa lelaki itu.
Tapi sayang di satu sisi kesimpulan itu tidak didukung dengan suara hatiku.
Ah, yang benar saja hidupku bisa serumit ini hanya karena laki-laki seperti Dimas.
Awalnya aku merencanakan untuk tidak berangkat sekolah karena belum siap bertemu dengan Dimas. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak mau sekolahku berantakan hanya karena masalah sepele. Iya. Sepele.
Aku terus melamun selama pelajaran dan menolak semua ajakan keluar kelas. Dengan harap semua akan baik-baik saja.
Semua memang baik-baik saja hingga menyisakan aku sendiri di dalam kelas. Dan laki-laki itu datang bersama seorang wanita. Mereka tampak akrab sekali.
Setelah pasangan—maksudku laki-laki dan wanita yang akrab tadi—itu, segerombolan manusia datang dengan gaduhnya merusak keheninganku.
Mereka semua tampak bahagia, tak terkecuali Dimas. Ya, memang lebih baik begini. Pangeranku akan lebih bahagia di dalam kerajaannya dan bersama permaisurinya. Sementara aku, rakyat jelata yang pernah singgah cukup menjadi masa lalunya.
Lalu bagaimana rakyat jelata bisa tahan ketika sang pangeran menatapnya sayu?
*****
Ya, setelah kejadian 'cukup tau' Dimas memang sudah benar-benar tidak memperdulikanku. Akan lebih baik begini.
Tidak ada yang bisa diharapkan dari aku dan Dimas. Dari awal, visi kami memang berbeda. Bahkan perasaan kami juga berbeda. Haha.
Tapi sepertinya hari ini aku sedang sial. Kenapa juga aku harus satu kelompok dengan Dimas. Sepertinya, IPS adalah pelajaran yang mulai hari ini aku benci.
Satu kelompok empat orang. Dan kami bertugas untuk membuat bahan diskusi dan mempresentasikannya di depan kelas. Dimas tampak membolak-balik buku melihat materi.
"Nath, kamu rangkum bagian ini ya!" ujar Dimas seraya menunjukkan bagian yang ia maksud.
Setelah menunjukkan bagian Nathan, Dimas menatap aku dan Ayu bergantian lalu kembali melihat bukunya. "Kamu bagian prosesnya ya, Li!" ujarnya padaku.
Iya, Dimas berbicara padaku dengan santai. Tanpa beban sedikitpun. Sementara aku, sumpah rasanya gemetaran setengah mati.
Aku membalik buku melihat bagian yang dimaksud pangeranku—Dimas maksudnya—mataku terbelalak melihat banyaknya materi yang ada. Kenapa bagian ini jadi tugasku?! Apakah Dimas ingin membalas dendam?
"Dd-dim---"
"Nah, karna Lia ngga suka gambar, jadi kamu yang gambar petanya ya?" Ayu mengangguk menanggapi penawaran Dimas.
Dimas menoleh ke arahku, "Kenapa Li?" tanyanya yang kujawab dengan gelengan pelan.
Ternyata, Dimas memberiku materi itu karena ia tahu aku tidak suka menggambar. Apakah aku harus merasa bahagia?
Nathan melepas kacamatanya lalu menatap Dimas, "Loh terus kamu ngerjain sing endi?" tanya lelaki berkacamata di sebelahku pada Dimas.
Dimas meringis, "Aku presentasi wae ya. Iki sita ngajak chat. Hehe."
Setelah kemarin mengejarku, ternyata sekarang Dimas berpaling pada Sita.
Hehe.*****
Aku pikir, penderitaanku cukup sampai melihat Dimas dan Sita bersama, serta mendengar langsung Dimas memprioritaskan Sita di atas tugas kelompoknya.
Ternyata, rasa cemburu itu sepertinya akan menghabiskan waktuku di hari ini.
Benar saja, kini aku harus melihat Dimas bergandeng tangan dengan wanita berambut sebahu itu. Sepertinya mereka hendak pulang bersama.
Tapi mengapa kesialan menjadi milikku? Kenapa juga mereka harus berjalan melewatiku? Dan kenapa juga air mata harus kembali jatuh di pipiku?
Hanya karena, pangeranku.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About LDR
Historia Corta"Aku pikir aku tahu segalanya tentang kamu. Tapi ternyata aku salah. Perasaan kamu ke aku aja aku ga tau." - Anastasya Ayu Berliana "Jangan minta aku buat mencintai kamu, karena memang sudah. Dan jangan minta aku buat milikin kamu, karena ga mudah."...