15. My Problem And Mama

24 2 0
                                    

Aku mendengar suara decitan pintu dengan sedikit gemuruh. Oh, ternyata Mama dan Oma. Mereka memang begitu, kalau sedang akur akan pergi seharian entah berbelanja atau apa. Tapi kalau sedang tidak akur, rasanya aku ingin mati saja.

"Liaa! Jangan dikamar terus, beranak nanti kamu. Ini mama bawa apa."

Biasanya aku akan berlari dan melecit turun ke bawah karena pasti mama akan membawakan barang yang berbau hello kitty, kesukaanku. Dan hal itu benar-benar jarang terjadi.

Tapi kali ini, aku justru menolak. Aku belum siap jika mama atau oma bertanya mengapa mataku bengkak.

"Lia besok ulangan, Ma. Taruh di meja makan aja." jeritku dari kamar atas, berharap mama mendengarnya.

Tok.. Tok.. Tok..

Aku tahu ini. Pasti mama tidak mendengar jeritanku tadi makannya beliau datang ke kamarku yang telah kukunci sedari tadi.

"Ma, Lia ngga mau Diganggu." cicitku sedikit kesal namun tetap dalam batas sopan.

"Mama ngga mau ganggu kamu, ngga usah ge-er deh. Ayo buka pintunya, Sayang."

Dengan hati yang sangat berat, seberat badanku:( Aku akhirnya memilih membukakan pintu Untuk Mamaku.

Entah dorongan apa yang membuatku melecit memeluk Mama seraya meneteskan air ma."Kenapa, sayang?" tanya Mama lembut sambil mengelus rambut panjangku yang terurai bebas.

Aku tidak mampu menjawab jika semua ini karena Dimas. Hingga pada akhirnya aku hanya mencicit, "Kangen mama."

Bukan lagi elusan yang kuterima, mama justru menoyor keningku dengan tatapan kesal."Dasar gendut! Tiap hari ketemu bilang kangen" Setelah mengucapkan kata-kata itu, Mama melecit pergi.

Mungkin akan terlihat lucu jika aku sedang dalam keadaan baik-baik saja. Sayangnya, Mama cukup garing kali ini.

*****

"Kamu kenapa, Li?" Pertanyaan Oma membuat jantungku berdebar. Aku tahu oma bukan orang yang gampang untuk kubohongi. Aku harus jawab apa.

Suasana di atas meja makan yang berisikan aku, Mama, dan Oma menjadi hening sesaat. Hingga mama benar-benar menyelamatkanku dari tatapan intens Oma. "Ini lho, Ma. Password IG-nya Lupa, terus ke log-out. Jadi Sedih deh." jawab Mama pada Oma.

Aku lebih bersyukur lagi ketika Oma mengangguk pelan. Tapi sebenarnya di dalam hati aku berdoa semoga yang dikatakan Mama tidak akan pernah terjadi. Lupa password ig adalah kiamat bagiku.

Awalnya aku sudah akan bersikap biasa saja, namun pertanyaan Mama di mobil saat ini kembali membuatku sedih.

"Mama tahu kamu curhat Ke Lena. Soal, Dimas, ya?"

Aku hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Kenapa sama dia, sayang?"

Aku kembali diam seribu bahasa. Aku bimbang apakah aku harus menceritakan semuanya ataukah lebih baik aku berbohong saja?

"Ngga Apa-apa, sayang. Cerita aja ke Mama. Siapa tau mama bisa bantu kamu. Mama ngga akan marah kalau kamu dekat sama cowo. Udah gede ternyata anak Mama."

Dan aku Putuskan, untuk menceritakan semuanya. Sungguh semuanya dari awal hingga akhirnya muncul teman-teman Dimas.

Aku melihat tatapan nanar mama setelah mendengar ceritaku. Ada nada sumbang yang diam-diam menusuk hati mama. Begitulah ibu, tak terima anaknya terluka.

"Apa perlu mama ke sekolah kamu buat menyelesaikan masalah ini?"

Pertanyaan mama membuatku takut. Aku takut jika nanti masalah ini semakin besar. Dan jarakku dan Dimas semakin renggang. Jujur, aku masih sayang.

"Lia! Ngga usah Takut, anak-anak seperti mereka harus tahu rasa biar kapok." Mama seperti bisa mendengar suara hatiku.

Tapi tetap saja, aku takut.
"Jangan, Ma. Lia bisa selesain ini sendiri."

****

It's About LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang