PROLOG

1.4K 46 4
                                    

Aku dibuang oleh keluargaku tepat saat adik-adikku terlahir. Sebenarnya aku sudah merasakan hawa itu jauh sebelum ibu mengandung adik-adikku. Ya, adikku tidak hanya satu tapi dua, mereka kembar identik.

Dari awal, aku sudah berusaha agar hidupku tidak berakhir di tong sampah, atau di pinggir-pinggir jalan, pun di sungai dan selokan tempat orang-orang berengsek membuang sesuatu yang sudah tidak dibutuhkan. Bukan aku tidak sayang pada adik-adikku, aku janji akan menangis sekencang-kencangnya jika rencanaku berjalan sempurna, tentu saja hal itu kulakukan karena aku sangat menyayangi mereka.

Saat ibuku hamil, aku yang penurut berubah menjadi aku yang manja, banyak meminta, sering merengek. Aku pernah memprovokasi ibu untuk meminta ayah mengajak kami sekeluarga berlibur ke Dufan. Sesampainya di sana, aku memaksa ibu untuk menemaniku naik wahana tornado. Tapi tentu saja itu tidak terjadi karena usiaku masih 8 tahun dan ibu sedang hamil muda. Petugas melarang keras keinginan kami. Sayang sekali kan? Padahal niatku baik, aku hanya ingin kedua adikku itu merasakan bagaimana nikmatnya bermain tornado sebelum mereka tidak jadi terlahir ke dunia.

Ibu membujukku untuk naik wahana yang santai-santai saja, dan ayah menyarankan agar dirinya saja yang menemaniku, jangan ibu. Tapi aku hanya ingin ibu, ini untuk perwujudan rasa cintaku pada adik-adikku. Akhirnya aku minta ditemani ibu naik gajah-gajahan yang berputar, ibu setuju dan aku senang sekali. Rasa senangku pudar gara-gara aku melihat ayah meminta petugas untuk memberhentikan wahananya dan menurunkan kami—aku dan ibu—petugas itu mengangguk dan kami pun turun.

Ibu langsung muntah-muntah sampai terkulai lemas tak berdaya setelah puas mengeluarkan isi perutnya. Aku kasihan pada ibu, ini pasti gara-gara adik-adikku yang bandel bersekongkol tidak mau diajak naik gajah-gajahan. Mereka pasti inginnya naik tornado. Aku semakin kesal saja dengan adik-adikku itu. Belum juga terlahir sudah merepotkan banyak orang.

Aku jadi sangat semangat untuk membuatnya gagal terlahir. Aku tidak jahat kan? Toh ini juga untuk kebaikan mereka, daripada mereka nantinya sering dimarahi ayah karena menyebalkan dan merepotkan, lebih baik mereka tidak usah hidup sekalian.

Puisi TerkutukWhere stories live. Discover now