Haifa meminta kami datang ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Memang biasanya aku datang jam berapa? Maaf ya, aku bukan ketua osis yang dipilih karena punya tampang saja. Aku memang sudah sangat disiplin dari dulu, makanya banyak guru memercayaiku.
Oke, tolong tahan aku kalau terlalu membangga-banggakan diri sendiri. Hal ini kerap terjadi memang, saat emosiku tidak sedang baik-baik saja.
Bagaimana tidak?
Aku disuruh Haifa untuk menjemput Farsya dan Alfea, sementara dirinya sendiri enggan ikut denganku dan memilih diantar ayahnya. Untung saja ini Tuan Putri yang menyuruh, meski aku yakin ada campur tangan Alfea atau malah Farsya yang meminta Haifa untuk menyuruhku menjemput mereka berdua. Benar-benar tukang manfaatin orang!
"Lagian pacar elu tuh. Nyuruh kita dateng pagi-pagi buta begini." Farsya melemparkan tas ranselnya ke jok belakang mobil sebelum memakai seat belt.
"Udah untung gue jemput lo," masih aja misuh-misuh. Sambungku dalam hati.
"Mau ngapain sih sebenernya? Ngebuka gerbang? Gantiin satpam?"
"Nyolong berkas." Aku menurunkan gigi saat bertemu perempatan.
"Dih, parah! Belum butuh kali. Nanti aja pas mendekati SNMPTN. Kita bajak sistem aplikasi yang dipake sekolah, terus kita ganti nilai yang ada di rapor kita, hahahaa…" Farsya tergelak.
"Iya juga. Mumpung sekarang masih pake rapor sementara ya?" Aku tersenyum tanpa sadar. Ide Farsya sedikit oke.
"Nah, iya! Hahaa tumben lu setuju."
"Eh, gak jadi deng."
"Taek!"
"Gue kayaknya akan lulus tanpa memanipulasi apa pun. Hahahaaa.." Nikmat sekali tertawa jahat dan congkak itu ternyata, pemirsa. Sekali-kali cobalah untuk menghilangkan beban yang pundakmu sudah terlalu berat memikulnya. Gue apa sih?
"Anjay! Gue aja yang pernah menang olimpiade gak sombong gitu," Farsya mendecak, aku tahu dia mulai sebal. "By the way, proposal event terakhir kita katanya belum ada yang goals nih."
"Bodo amat dah, gak jadi aja eventnya." Kataku enteng.
"Bener-bener tai, ya lu!"
"Kita pemilihan ketos Oktober, kan? Udah batalin eventnya mau lengser ini." Aku tersenyum simpul.
"Moncongmu lengser!" Farsya melemparkan kanebo ke arahku. "Lu tau, kan? Event ini yang bakal bikin kepengurusan kita lebih beda dari kepengurusan sebelumnya."
Aku manggut-manggut meng-iya-kan. "He-em, dan gimana kata Bu Sar? Gak ada event penting kan, dalam waktu dekat ini?! Dikira nyelenggarain event bisa dalam waktu seminggu dua minggu apa?!"
"Hahaa… Gue juga kesel sebenernya sama Bu Sar. Dikira kita di OSIS cuma seneng-seneng doang apa ya?! Mana tiap ada event pihak sekolah ngasih dananya dikit. Jadi kita yang harus mati-matian nyari dana. Ih anjir emang, ingin berkata kasar."
Dan begitulah seterusnya kami membicarakan Bu Sar sampai berniat ingin membuangnya ke kawah gunung Semeru. Iya kawah Jonggring Saloko yang keren banget itu!
Kupikir Bu Sar sengaja bersikap tidak baik pada muridnya, agar kami membicarakannya di belakang dan dosanya menjadi tanggung jawab kami. Kalau iya begitu, kejam dan penuh siasat sekali Bu Sar ini.
O_o
Mobil terparkir sempurna di parkiran sekolah, satpam juga sudah siap sedia di depan gerbang rupanya. Padahal ini baru pukul 05.25 WIB, udara juga masih terasa dingin dan mata panas ingin dipejamkan.
YOU ARE READING
Puisi Terkutuk
Mystery / ThrillerKepindahan Haifa membawa bencana. Beberapa anak sastra terluka, bahkan satu orang meregang nyawa di depan mata gadis itu. Gara-gara puisi kutukan dari Jepang yang ia bacakan, keselamatannya pun jadi terancam. "I'm here. And I'll be here whenever you...