Setelah beberapa bulan ngekost dan tinggal di kamar yang seadanya, gue mendapat kabar gembira dari si Mbak. Bukan, bukan karena kamar gue akan dibedah sama Tim Bedah Rumah RCTI. Melainkan, karena ada kamar kosong yang lebih besar di lantai atas. Tanpa mikir panjang, gue pun memutuskan untuk pindah ke kamar atas, tepatnya kamar no. 16. Setidaknya, di kamar baru ini, kini gue bisa lebih bergerak bebas, bahkan gue bisa tidur sambil koprol gaya bebas.
Pindah ke kamar atas, membuat gue menemukan kembali tanda-tanda kehidupan. Semenjak gue kost dan menetap di kamar bawah, gue sama sekali gak kenal dengan tetangga sebelah kiri dan kanan gue. Bisa dibilang, gue seperti tinggal bersama para alien yang setiap harinya selalu mengunci diri di dalam kamar.
"Ini aku beneran gapapa pindah ke atas, Mbak?" tanya gue sambil melangkahkan kaki ke tangga.
"Ya gapapa, kan kamu wes bilang ke Mbak. Kalo sudah bilang, ya pasti boleh," jelas si Mbak, melangkahkan kaki ke tangga, sambil memegang beberapa kunci kamar di tangan kirinya.
"Wuidih, ada yang pindah kamar nih," seru Bang Andre meledek.
"Iya Bang, soalnya di bawah kamarnya sempit banget," jawab gue coba menjelaskan.
"Iya enakan di atas, lo bakal jadi anak gaul kalo tinggal di atas, Bro." Ujar Bang Andre lagi sambil menepuk-nepuk pundak gue dengan kencang. Saking kencangnya, bulu hidung gue sampai pada rontok semua.
Di kamar atas, gue mengenal beberapa orang yang lebih dewasa. Ya, karena rata-rata mereka yang tinggal di kamar atas mayoritas sudah pada kerja semua. Gue akan memperkenalkan siapa saja mereka, mulai dari Mas Anto dulu. Mas Anto merupakan seorang pria berumur 30 tahunan asal Solo yang bekerja sebagai juru masak di kantin kampus gue kuliah. Biarpun tubuhnya agak sedikit tambun, namun dia memiliki suara yang bagus banget, gue tahu itu karena dia hobi nyanyi kalau di kostan. Katanya sih, dulu dia pernah ikut paduan suara gitu, makanya suaranya bisa bagus. Intinya sih, suaranya berbeda jauh dengan suara gue yang lebih mirip kayak, cicak kesiram air panas.
Setelah Mas Anto, kemudian ada Mas Hendrik seorang pria berusia 26 tahun dari Palembang. Biarpun dari Palembang, dia juga bisa Bahasa Jawa dengan lancar karena memang orang tuanya asli dari Jawa. Mas Hendrik ini merupakan seorang Programer yang sangat jago banget, sekarang dia bekerja sebagai Staff IT di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Kalau Mas Anto hobi banget nyanyi, Mas Hendrik justru hobi banget olahraga di kostan. Olahraga favoritnya adalah latihan beban alias fitness. Selain Mas Hendrik, ada juga Mas Kosasih alias Mas Kos dari Subang yang hobi banget olahraga angkat beban. Mas Kos juga kerja di kantin bareng Mas Anto, tapi dia sebagai kasir di sana.
Bisa dibilang, kamar atas itu kayak miniatur tempat Gym gitu, karena banyak banget barbell dan dumbell ada di sana. Sesuai dengan hobinya yang senang banget fitness, gak heran kalau bentuk badan Mas Hendrik dan Mas Kos itu terlihat isinya otot semua dan perutnya pun six pack. Berbeda jauh dengan perut gue yang buncit dan bergelambir lemak, kayak orang yang habis nelan anak gajah hidup-hidup.
Selanjutnya, di kamar atas ada juga Bang Deddy dan Bang Sandro. Mereka berdua ini ibarat saudara tapi beda orang tua, karena kemana-mana selalu barengan. Maklum, mereka itu sudah temanan sejak dari 1 kampus dan 1 fakultas dulu waktu masih kuliah di
Fakultas Teknik Informasi (FTI) Univ. Budi Luhur. Biarpun sudah pada kerja, namun mereka masih memiliki hobi main game online bareng setiap hari sepulang kerja. Biasanya sih, sepulang kerja bukannya langsung makan, tapi mereka justru lebih memilih main game online terlebih dulu. Mirip kayak kebiasaan gue waktu SD dulu, sepulang sekolah bukannya langsung makan, tapi malah main Playstasion (PS1) sampai sore setiap hari. Saat main PS, gue suka duduk bersila di lantai selama seharian. Akibat kebiasaan buruk itu, badan gue perlahan menjadi agak membungkuk, mirip kayak Jin Kura-Kura di film Dragon Ball.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahasiswa 1/2 Abadi (KOMEDI - PELIT)
Non-FictionSetiap kampus punya cerita dan cinta? Ya, ini adalah kisah gue, Dono Salim, biasa dipanggil Dono. Kisah mahasiswa kekininan yang gampang galau dan memiliki perasaan sensitif apabila melihat hujan. Bukan hanya itu saja, sebagai Mahasiswa gue juga a...