KRING... KRINGG.......
Di saat gue dan Jesen, tengah menertawakan hal-hal receh, tiba-tiba saja Handphone dari kamarnya Jesen berdering sangat nyaring. Dengan segera, Jesen pun mengangkat panggilan masuk itu.
"HAH? DIA BUAT ULAH LAGI?! KITA BUNUH SAJA DIA, PAK," kata Jesen, sesaat setelah ia menerima panggilan masuk itu.
Selang beberapa saat, Jesen hanya terdiam sambil mondar-mandir. Raut wajahnya pun mendadak berubah, menjadi jauh lebih serius dari sebelumnya.
"PAKAI SAJA SENAPAN PEMBURU BABI KU ITU." Kata Jesen dengan mantap.
Jesen kembali terdiam, sambil masih sambil menempelkan Handphone di telinganya.
"LANGSUNG TEMBAK SAJA KEPALANYA, BIAR TAU RASA DIA DAN TAK GANGGU KELUARGA KITA LAGI." Ujar Jesen lagi dengan penuh keyakinan.
Tak lama kemudian, Jesen pun mengakhiri panggilannya itu. Namun, wajahnya masih saja memerah, kali ini ia terlihat nampak sangat emosi.
"Jesen, sadar, sadar. Ingat, bunuh itu dosa, loh." Ucap gue sambil mendekati Jesen.
"HABIS AKU KESAL BANG, DIA SELALU GANGGU KELUARGA KU, BANG." Keluh Jesen kesal.
"Iya, tapi kan gak harus langsung dibunuh. Emang keluarga kalian punya hutang berapa?
"HUTANG? MAKSUDNYA, BANG?"
"Iya, hutang. Itu tadi yang mau ditembak kepalanya, Debt Collector, kan?"
"HAHAHA, BUKAN BANG, YANG MAU KUBUNUH ITU, TIKUS. HABISNYA MEREKA SUKA NGERUSAK TUMBUHAN DI RUMAH KAMI, BANG."
"Emang bunuh tikus harus pake senapan babi hutan, yak? Di sana belom ada teknologi, namanya Lem tikus atau racun tikus, gitu? Bikin panik orang aja lo,"
"MAAF BANG, HABIS AKU KEBAWA EMOSI TADI, BANG."
"AU AH, BODO AMAT."
***
.
.
.
Next --->>
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahasiswa 1/2 Abadi (KOMEDI - PELIT)
Kurgu OlmayanSetiap kampus punya cerita dan cinta? Ya, ini adalah kisah gue, Dono Salim, biasa dipanggil Dono. Kisah mahasiswa kekininan yang gampang galau dan memiliki perasaan sensitif apabila melihat hujan. Bukan hanya itu saja, sebagai Mahasiswa gue juga a...