Barbie Tomboy #part4

493 122 1
                                    

Untungnya sih, sejauh ini gue belom pernah khilaf buat nyoba minjem dan pake sendiri makeup dari mereka. Tapi kalo ditanya, pernah pake atau gak, gue akan jawab pernah. Ya, gue dipaksa secara halus sama Vero buat pake alat makeup dari dia.

"Bibir kamu kenapa tuh?" tanya Vero menatap gue, sambil megang dan meremas dagu gue.

"Bibir aku kenapa?" tanya gue, sambil berusaha melepaskan remasan tangan Vero di dagu gue.

"Pecah-pecah banget, gitu," ujar Vero lagi.

"Oalah, gapapa, nanti juga hilang sendiri kok," jawab gue santai.

"Hati-hati loh, itu bahaya, bisa jadi penyakit kanker bibir," kata Vero berusaha menakut-nakuti gue.

"Hah? Seram banget, terus aku harus gimana?" gue pun percaya dan mendadak panik sendiri.

"Pake ini! Dijamin langsung gak kering lagi, deh!" ujar Vero mengeluarkan sebuah alat makeup berwarna merah jambu, mirip kayak spidol Snowman.

"Lipstick? Ogah ahh, ntar dibilang orang kayak banci," ujar gue berusaha menolak dengan keras.

"Bukan kok, ini namanya Lip Ice, dia gak berwarna kok. Malah enak, ada rasa buahnya, gitu." Ujar Vero tersenyum berusaha meyakinkan gue.

Berbekal iming-iming ada rasa buahnya, gue pun memberanikan diri mencoba Lip Ice. Saat gue coba pake, Vero malah marah sama gue, karena gue malah ngemut itu Lip Ice dengan nikmatnya. Ya, seharusnya Lip Ice itu cuma diolesin di bibir kayak pake lipstick gitu, biarpun rasanya itu rasa buah sekalipun.

Biarpun doyan dandan di kelas, tapi menurut gue, mereka ini cewek-cewek yang kritis dan pemikirannya luas banget. Gak sedikit mereka yang aktif banget di kelas, kayak misalnya Lusy, Mae, Meliza, Putu, dan Sari. Menurut gue, mereka itu beberapa orang yang paling aktif dan kritis di kelas. Saking kritisnya, kadang dosen lagi diem aja, bisa dikasih pertanyaan dadakan sama mereka. Saking susah pertanyaan mereka, bahkan dosen pun sampe minta phone a friend dulu, loh. Hebat banget, kan?

***

"Sebelum kita berangkat, mari kita berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing, ya." Ujar gue memimpin doa sambil berdiri di tengah.

"Amin!" ucap gue, mengakhiri doa yang baru saja gue pimpin.

"Oiya, gue mau ingetin, nanti jangan lupa semua pada pake Almamater ya," ucap Meliza, sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Sama jangan lupa, nanti pada nanya semua kalo bisa. Soalnya, gak enak sama Pak Bugo," kata Putu menambahkan.

"Siap Putu, kita pasti nanya kok. Lumayan, hadiahnya nanti dapet Beng-Beng sekotak, Hehe," jawab Niken menanggapi dengan nada bercanda.

Jadi, ceritanya hari ini gue dan teman-teman lain akan melakukan company visit ke PT. Mayora Indah, Tbk di daerah kawasan industri Jatake, Tangerang. Kebetulan, dosen kami mata kuliah Marketing Communication adalah Pak Bugo, beliau merupakan salah satu senior Markom di PT. Mayora, Tbk. Kita berangkat menggunakan 1 bus mini berwarna biru dengan kapasitas 25 orang. Kita berangkat dari kampus pukul 07.30 WIB.

Bus yang kita gunakan kali ini, merupakan bus legendaris di kampus. Kenapa dibilang legendaris? Karena, bus biru ini sudah jadul banget dan di dalamnya belum menggunakan AC, melainkan hanya kipas angin mini. Saking mininya, bahkan anginnya gak berasa sama sekali ke badan dan hanya dingin di bagian ubun-ubun doang.

"Oiya, maaf nih motong pembicaraan. Kita hari ini jadi jenguk Bapaknya Icha, kan?" tanya Khilda tiba-tiba memecah keheningan di dalam bus.

"Memang dirawat di mana Bapaknya Icha, Khil?" tanya Nila balik.

Mahasiswa 1/2 Abadi (KOMEDI - PELIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang