Barbie Tomboy #part5

779 125 0
                                    

Kemudian, perjalanan pun dilanjutkan kembali menuju Rumah Sakit tempat Bapaknya Icha dirawat. Sambil menunggu sampai ke lokasi tujuan, gue memutuskan untuk tidur sejenak di perjalanan. Lebih tepatnya sih, semuanya juga pada tidur sejenak. Kayaknya sih, kita pada mabok karena kebanyakan minum Teh Pucuk, deh.

Gak berapa lama, kami sudah sampai di rumah sakit di daerah Karawaci. Ternyata, perjalanannya gak selama yang kita prediksi.

Sesampainya di Rumah Sakit, kami pun langsung turun dengan wajah-wajah kucel sehabis bangun tidur. Kali ini, kami turun gak memakai Almamater kampus lagi kok. Baru beberapa langkah berjalan, kami sudah disambut oleh Icha yang tersenyum dengan senyuman simpul. Ia pun langsung mengantar kami ke ruang di mana Bapaknya dirawat.

Sesampainya di depan ruangan yang dimaksud, kami harus bergantian masuk karena ruangan yang tidak terlalu besar. Gue pribadi, memutuskan tidak masuk, karena gue takut mengganggu Bapaknya Icha yang sedang tertidur pulas.

"Gimana kondisi Bapak lo, Cha?" tanya Khilda, membuka obrolan siang itu.

"Iya gitu, Khil, masih sama kayak kemarin," jawab Icha seadanya.

"Emang sakitnya kenapa, Cha?" tanya Fera penasaran.

"Penyakit pastinya sih, belom tau apa. Katanya sih, gangguan pernapasan, gitu," jawab Icha coba menjelaskan.

"Yang sabar aja ya, Icha. Pasti Bapak lo, bakal sembuh dan diangkat semua penyakitnya kok,"ujar Xena berusaha menenangkan, sambil meleparkan senyuman simpul ke arah Icha.

"Amin, makasih ya, Xena. Makasih juga buat semuanya, sudah mau dateng buat jenguk." Icha pun membalas kalimat dari Xena dengan senyuman simpul pula.

Berhubung bapaknya Icha sedang istirahat, kami memutuskan untuk pindah ke lobby melanjutkan obrolan kami. Dari obrolan tersebut, kami memperoleh informasi, kalo bapaknya Icha mulai sakit semenjak ia pulang dari luar Negeri. Ya, Bapaknya memang bekerja di salah satu maskapai pesawat ternama, gitu. Berhubung Icha anak pertama dan adiknya masih SD, mau gak mau, dia harus gantian sama ibunya buat jagain bapaknya.

Setelah cukup lama mengobrol, kami pun memutuskan menyudahi obrolan kami.

"Icha, kita pamit dulu ya. Tetap semangat ya, Cha," kata Xena sambil memeluk Icha dengan erat.

"Inget kuliah, kita tunggu loh di kelas minggu depan yak," ujar Sari menambahkan.

"Iya, doain bapak gue cepat sembuh ya, biar bisa cepat ngampus lagi, hehe," jawab Icha sambil berusaha melemparkan senyuman kepada kita.

"Aminn! Pasti sembuh kok dan kita semua pasti bantu doa juga, Cha." Kata gue menambahkan, sekaligus menutup obrolan dan kunjungan kami siang itu, sebelum kembali pulang ke kampus.

***

Beberapa bulan telah berlalu, gak terasa gue sudah menghabiskan banyak waktu bersama dengan mereka di kelas UP. Banyak hal-hal seru yang gue alami, setelah sekelas bareng sama mereka. Mulai dari hal-hal penting, sampai ke yang gak penting.

Salah satu hal gak penting yang gue gak mengerti dari mereka para cewek yakni, kenapa kalo ke kamar mandi mereka selalu minta ditemenin? Padahal, jarak kamar mandi sama kelas, cuma beberapa langkah doang dari kelas. Memang ada apa di kamar mandi, sih? Apa ada pocong? Atau ada kuntilanak? Atau jangan-jangan,... Ada sang mantan di dalam kloset? Sampe kalian para cewek harus takut ke kamar mandi sendirian. Aneh.

Lebih parahnya lagi sih, kalo ada presentasi yang mengharuskan kita untuk mengenakan kostum atau dresscode khusus. Biasanya, kamar mandi kampus gak akan cukup, buat ganti pakaian mereka yang jumlahnya banyak. Di sini lah, momen ketika kelas beralih fungsi menjadi ruang ganti dadakan. Dan begitu pula gue, berganti fungsi menjadi tukang penjaga pintu dadakan. Alias gue diusir saat sedang asyik tiduran di kelas, cuma buat disuruh jagain pintu, supaya gak ada orang lewat yang ngintip mereka. Terkadang, kok gue merasa kayak penjaga toilet di SPBU, yak? Ahh, kamfret.

Mahasiswa 1/2 Abadi (KOMEDI - PELIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang