Moving On... #part5

955 153 0
                                    

Belakangan ini, gue memang sedang dekat dengan Diah. Seorang perempuan bertubuh mungil dengan rambut hitam lurus sebahu. Kedekatan gue dengan Diah, bermula saat kami mengerjakan tugas bersama. Saat itu, dia menghampiri gue saat tengah asyik duduk menyendiri di kelas. Diah bilang ke gue, kalau dia gak mengerti dengan beberapa tugas kuliah dan minta gue untuk mengajarkan dia. Namun, karena berhubung jadwal kuliah gue mengharuskan dari pagi sampai sore berada di kampus, gue merasa malas kalau harus mengajarkan Diah di hari biasa. Gue dan Diah pun sepakat memilih hari Sabtu, di mana hari itu adalah hari libur dan kami sama-sama bisa untuk bertemu.

Hari sabtu seolah menjadi rutinitas baru buat gue, yakni datang ke kampus dan belajar bareng dengan Diah. Setiap ada tugas mata kuliah apapun, kita selalu mengerjakan bareng di hari Sabtu. Semakin sering ketemu dan ngobrol bareng, gue jadi semakin kenal dengan Diah. Bahkan, gue baru tahu, kalau dia orangnya agak sedikit kudet mengenai perkembangan di sosial media.

Gue memang bukan orang yang selalu menghabiskan waktu di sosial media, tapi seenggaknya gue tahu berita apa saja yang lagi booming di sosial media. Berbeda sekali dengan Diah, yang terkesan acuh dan gak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di dunia maya. Namun, justru ini yang membedakan Diah dengan cewek lain. Dia sangat asyik dan seru saat diajak ngobrol, kami bisa menghabiskan waktu lebih lama untuk mengobrol. Kenapa? Karena, Diah bukan tipe cewek yang suka melihat ke layar hape setiap 1 detik sekali, seperti cewek-cewek pada umumnya.

"Dono, maaf ya, kalo gue ngerepotin mulu jadinya," kata Diah, yang duduk lesehan di sebelah gue.

"Gapapa kok, sering-sering juga gapapa kok, Diah, hehe," ujar gue sambil mengetik di notebook yang gue pangku.

"Habisnya kalo belajar sendiri, gue kadang males dan gak paham, gitu," kata Diah lagi.

"Iya, memang harus belajar bareng sih, biar ada penyemangat pas lagi belajar, hehe," ujar gue sambil melemparkan senyuman ke arah Diah.

"Emang gitu ya, Don?" tanya Diah.

"Iya gitu, makanya harus sering-sering belajar bareng biar semangat, hehe."

Entah kenapa, setiap kali diajak ngerjain tugas bareng dengan Diah gue gak pernah bisa menolak. Bahkan, saat Diah gak ngajak buat ngerjain tugas, gue yang selalu menawarkan diri duluan buat ngerjain tugas bareng. Seolah, hal tersebut sudah menjadi rutinitas yang membuat gue menjadi kecanduan untuk selalu bertemu dengan Diah. Apa mungkin, gue ada perasaan dengan Diah? Entah lah.

Suatu hari, ketika sedang ngerjain tugas bareng, ada hal yang berbeda dengan Diah. Bila biasanya Diah selalu ceria, kali ini, ia nampak begitu gelisah. Seolah, ada sesuatu yang sedang menggangu pikirannya siang itu.

"Diah, kenapa? Kayaknya gelisah banget," tanya gue.

"Ini Don, dia lagi sakit, gue bingung, mau jenguk dia, tapi gue belum selesai kerjain tugas bareng sama lo," ujar Diah dengan nada panik.

"Dia siapa? Kalo memang ada yang lagi sakit, gapapa kok, jenguk aja dulu. Kerjain tugas kan bisa lain waktu," kata gue mendadak ikutan panik.

"Dia yang gue maksud itu, cowok gue, Don. Dia sakit dan sekarang minta gue buat datang ke rumahnya," jawab Dia lagi.

"Cowok? Diah sudah punya pacar?" gue terkejut dengan pernyataan dari Diah.

"Iya Don, gue udah jadian sama dia 3 tahun. Dari pas sekolah di SMK dulu," jelas Diah coba menjelaskan.

"Oh. Yaudah. Jenguk aja, dia pasti lagi butuh kamu sekarang," jawab gue, berusaha untuk meyakinkan Diah.

"Maaf ya, Dono. Lain kali, pasti kok gue bakal bisa buat kerjain tugas bareng sama lo," ujar Diah bergegas sambil memakai tas slempang dan tersenyum tipis ke arah gue.

Mahasiswa 1/2 Abadi (KOMEDI - PELIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang