"Semua awal mula suatu hubungan 'kan dari kata temen dan rasa nyaman. Se-simple itu emang."
***
Sorakan serta teriakan pemberi semangat dilontarkan secara bertubi-tubi oleh para supporter setia SMA Kemilau Bangsa kepada tim volleyball sekolah mereka yang sedang bertanding melawan tim sekolah lain yakni SMA Garuda.
Mereka terlihat begitu antusias dan berapi-api untuk menyemangati tim sekolah mereka yang sedang berjuang di babak final saat ini, tapi ada satu nama yang paling dominan diucapkan bahkan dielu-elukan oleh para supporter. Siapa lagi kalau bukan Kapten Volly itu sendiri, Yehezkiel Salvanio.
Teriakan makin pecah membahana ketika Kapten volley KEMBANG tersebut mencetak skor akhir yang membawa kemenangan bagi sekolahnya. Euforia kemenangan melingkupi lautan pendukung SMA terbaik di kota itu.
Jeritan histeris kaum hawa baik dalam barisan supporter maupun murid dari sekolah lain yang menonton terdengar memekakkan telinga begitu cowok dengan mata cokelat kayu terang itu menyeka keringatnya dengan gerakan cool lalu ber-tos ria dengan timnya dan melempar senyum khas-nya, membuat lesung pipitnya yang hanya nampak ketika ia tersenyum-terlihat jelas.
Matanya mengarah kepada para supporter dari sekolahnya yang dipimpin serta dipandu langsung oleh sahabatnya sendiri, yakni Milan Radityo sang Kapten Basket sekaligus selebgram yang baru naik genteng.
Namun jika diperhatikan lebih jelas, iris mata cokelat kayu terang itu menatap jauh-mengarah kepada seorang gadis yang juga duduk di barisan supporter namun tak bereaksi heboh layaknya yang lain.
Alih-alih berloncat kegirangan, gadis dengan rambut sepinggang yang diikat setengah itu hanya duduk dengan tenang, namun lengkungan senyum di bibirnya tidak pernah absen dari awal pertandingan hingga berakhirnya.
Saat kedua netranya bertubrukan dengan tatapan mata sang Kapten, gadis itu semakin memperlebar senyumnya lalu mengangkat kedua jempol tangannya di udara.
Beralih lagi ke seberang sana, cowok itu hanya terkekeh kecil kemudian kembali melambai ke arah supporter-nya serta tos jauh dengan sahabat-sahabatnya lalu berjabat tangan dengan tim lawan.
_____
"Gue duluan yah," pamit Kiel sambil menepuk pelan bahu Yuni, sahabatnya. Yuni berbalik, menghentikan sejenak obrolannya dengan salah satu kenalannya di sekolah lain. "Udah mau balik? Cepet amat." komentar Yuni, namun hanya dibalas dengan lirikan mata Kiel ke arah seorang gadis yang sedang melihat ke arah mereka berdua
Yuni membentuk bibirnya bulat seperti huruf 'o' lalu mengangguk paham. "Oke deh, once again, selamat yah, brader." ujarnya yang dibalas dengan anggukan kepala Kiel, "Thanks yah, bilangin ke Milan, pulang ini minum air anget banyak-banyak, gue yakin besok suaranya raib, tuh." canda Kiel yang dibalas dengan kekehan Yuni.
Pasalnya, sahabatnya yang satu itu benar-benar tidak tanggung-tanggung menyemangatinya tadi. Suara baritone-nya terdengar begitu kontras dengan yang lain, selain itu ia juga tidak berhenti berteriak dari awal pertandingan.
Cowok dengan gestur tubuh tegap itu menghampiri seorang gadis yang terlihat menunggunya. "Yuk pulang." ajaknya lalu mereka berjalan beriringan keluar dari lapangan indoor salah satu sekolah yang menjadi tuan rumah pertandingan voli tahun ini dan berjalan menuju parkiran. Sesekali berhenti saat beberapa orang menghampiri Kiel dan memberinya selamat.
Saat telah menaiki mobil milik Kiel dan keluar dari area sekolah, Kiel membuka percakapan, "Jadi, kita makan apa nih? Lo orang pertama yang mau gue traktir." Gadis disampingnya tersenyum singkat.
"Gue mau makan di suatu tempat." jawab gadis itu. "Dimana?" tanya Kiel sedikit mendesak.
Gadis itu menoleh sambil tersenyum penuh arti, "Sederhana, gue mau makan dirumah gue aja," katanya.
Kiel mengernyitkan dahinya,ikut menoleh sejenak ke arah gadis disampingnya. Yang ditatap hanya berdehem kecil, "Gue mau lo makan malam bareng di rumah gue. Yah, itung-itung sebagai bentuk ucapan selamat. Selama ini kan tiap lo menang, lo mulu yang nraktir." tutur gadis itu.
Kiel mendengus geli sambil tersenyum simpul, "Seriusan?" tanyanya memastikan yang dibalas dengan anggukan semangat dari gadis disampingnya.
______
Anya melambai ke arah mobil yang baru saja mengantarnya pulang kerumah, dengan langkah riang, ia memasuki rumahnya. Tari-ibu Anya yang melihat putri sulungnya sudah pulang-pun bertanya, "Gimana tadi pertandingannya? Sekolah kamu menang lagi, gak?" Anya menoleh ke arah suara Tari yang bertanya padanya, ia mendapati ibunya sedang berjalan ke arahnya.
Anya melempar senyumnya, "Pasti dong, bu." jawabnya.
Tari pun ikut tersenyum, "Sekolah kamu jadi sering menang karena si Kiel itu yah?" Anya hanya mengangguk mengiyakan.
"Oh iya bu," sahut Anya tiba-tiba. "Tadi Anya ajak Kiel makan malam bareng di rumah sebagai bentuk ucapan selamat," Tari mengernyit dalam lalu tersenyum geli "O ow, kamu udah berani gerak cepat yah? Kiel aja belum pernah ajak kamu makan bareng keluarganya. How aggressive you are, girl." kata Tari sambil menahan tawanya.
Anya melotot tajam mendengar penuturan ibunya, belum memperjelas maksudnya, Tari kembali menggodanya, "Kamu suka yah?"
"IBUU!!" jerit Anya, "Apa salahnya ajak makan malam bareng? Lagian kan Anya sama dia itu.." Anya menjeda ucapannya, mencoba mencari kata yang pas, "Apaan?" tanya Tari gemas
"Yaudahlah, kamu bapernya kebangetan. Mandi dulu gih, terus bantu ibu siapin makan malam nanti." cetus Tari. Tak ingin digoda lebih lanjut, akhirnya Anya memutuskan menuju kamarnya.
***
a.n
Haii, aku kembali dengan cerita baru yang tetap aja membosankan wkwkw. Lah? Terus cerita yang di sebelah? Di-anggurin dulu,heheh.
Relationship kayaknya bakal masuk draft lagi, soalnya ceritanya belum jelas mau di bawa kemana. Mau di bawa kemana hubungan kita~~~
Soalnya aku itu masih amatiran,perlu belajar banyak terutama banyak membaca. Jadi salahnya masih banyak banget.
Semoga ada yang nge-lirik bahkan berbaik hati mau membaca cerita ini. Sungguh terima kasihh :')
Thank you. See u in next chap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flirtationship
Teen Fiction#890 in teenfic 21/08/2017 amazing cover by @loliluu Flirtationship ; More than a friendship less than a relationship. Ini tentang Yehezkiel Salvanio yang egois atas perasaannya dan juga tentang Zefanya Fricellia yang tak bisa memaksa dan menuntut t...