7- Almost is Never Enough

377 83 95
                                    

"I looked at him as a friend until I realized I love him."

***

Siang ini, matahari sedang terik-teriknya. Langit berwarna biru bersih dari awan. Tidak ada yang paling menyegarkan selain terkena sapuan AC alias angin cepoi-cepoi disaat seperti ini seperti yang dilakukan Milan di koridor sepanjang kelasnya.

Anya berjalan tergopoh-gopoh membawa kardus air mineral-yang berisi baju-baju bekas layak pakai dalam dekapannya. Peluh menetes dari dahinya. Sudah tiga kali ia bolak-balik dari kelas XI IPS-3 ke ruang sekretarit OSIS untuk memindahkan sumbangan siswa-siswi yang diperuntukkan kepada anak-anak PA dan korban bencana alam.

Kegiatan sosial ini rutin dilakukan tiap semester.

"Eh,An, lo rajin amat dah," Milan melihat Anya berjalan mendekatinya. Anya memerhatikan Milan yang sedang asik menikmati angin, "Mil,di lantai 3 masih banyak. Tolong bantuin."

Milan menyisir rambutnya,tangannya yang lain mengipas-ngipas wajahnya, "Duh,gue capek banget An,gue udah minta bantuan dari fans gue. Lo tenang aja." Milan menaik-turunkan alisnya meyakinkan.

Apanya yang capek, main basket 3 hari berturut-turut juga gak pernah ngeluh capek.

"Yaudah gue dulu—" ucapan Anya terpotong begitu mendengar teriakan membahana nan menggelegar dari seseorang, "MILAN RADITYO TAI KUDA NIL CAP BADAK!"

Milan meneguk ludahnya kasar, "Mampus gue," Baru saja mengambil ancang-ancang untuk kabur, Sisi sudah terlebih dahulu menerjangnya dan langsung menarik kupingnya.

"Enak banget yah lo nyuruh anak-anak cewek yang naik gunung turuni lembah bawa barang sedangkan lo disini enak-enak nyari angin," Sisi semakin keras menarik bahkan memelintir kuping Milan,membuat sang korban meringis kesakitan minta ampun.

"Kuping gue copot,Si. Adaw." ringis Milan. "Bisa-bisanya Asoy tahan sama gorilla macam lo," lanjut Asoy membuat Sisi melotot tajam padanya.

"Coba ulang yang lo bilang?" Sisi menyeringai,jarinya beralih menarik cambang Milan membuat cowok itu memekik.

Anya juga ikutan meringis melihat keberingasan Sisi,sahabatnya. Gadis itu pun memutuskan segera menuju ruang sekretaris OSIS secepatnya.

_____

"Taruh di ujung sana aja,Za." Dava menunjuk sisi ruangan yang masih kosong. Zacky dengan patuh menaruh beberapa kardus yang ia bawa dari kelasnya.

"Lo jaga dulu disini yah,gue juga mau angkat barang dari kelas 10," Zacky langsung mencegat Dava. "Dav,gausah. Biar yang lain aja,lo gak usah capek-capek."

Dava tertawa kecil, "Gak usah lebay,Za. Gue gapapa kali,lagian liat tuh baju lo," Dava menunjuk seragam Zacky dengan dagunya, "Udah basah karena keringat,sedangkan gue? Itung-itung olahraga juga kan?" Dava berusaha meyakinkan Zacky,sahabatnya

Zacky tetap menggeleng tegas dengan sorot mata tajam. "Lo disini aja."

Dava tersenyum lantas merangkul sahabatnya, "Iya-iya,santai aja."

"Woi,ini ditaruh dimana?"

Suara dengan nada kesal itu membuat Dava dan Zacky menoleh bersamaan ke sumber suara.

Terlihat Kiel dengan tampang ogah-ogahannya mendekap 2 kardus yang lebar. Melihat itu, Dava langsung berlari kecil mendekat,berniat membantu.

Buru-buru Kiel langsung bicara, "Gausah bantu,bilang aja ini ditaruh dimana?" ketusnya membuat Dava sedikit mengernyit heran atas sikap sentimen Kiel padanya

FlirtationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang