5- Yuni yang peka

418 101 127
                                        

"Lo harus milih walau harus kehilangan salah satunya. Setiap pilihan itu punya resiko tersendiri."

***


Angin kencang menampar-nampar pipi serta menerpa rambut Kiel yang berantakan. Ia sedang berdiri di balkon kamarnya, menatap mendung yang menggantung di langit. Awan cumulus serupa bunga kol sedang menari-nari disana,tidak ada bedanya dengan pikirannya yang juga sedang menari dan berkelana.

Kiel benci keheningan. Kiel tidak suka sendiri saat hatinya semrawut karena hal itu akan membuatnya terpaksa berbicara kepada hati dan perasaannya. Ia akan terbawa pada suasana melankolis yang diciptakan oleh hening dan sepi.

Tetes pertama air hujan turun menerpa atap rumah, disusul jutaan tetes berikutnya. Hujan turun dengan derasnya,membuat Kiel beringsut mundur setelah diterpa angin kencang yang membawa hujan.

Selang beberapa detik setelah menutup pintu balkon kamarnya, pintu kamarnya dibuka oleh seseorang yang bukan penghuni rumah.

"ANJIR! KAMAR APA INI?!" Seseorang yang membuka pintu menatap horor pada tiap sudut kamar Kiel yang berantakannya minta ampun.

Kiel melayangkan tatapan herannya pada Yuni, "Ngapain lo kesini?" yang ditanya dan ditatap hanya menyengir kecil, "Kamar lo ga pernah berubah, Ki. Bersihin dulu gih."

Kiel mengabaikan saran dari Yuni. Ia berlalu menuju ranjangnya lalu melempar tubuhnya keatasnya membuat Yuni hanya geleng-geleng melihatnya. Yuni yang memang tipikal cowok yang cinta kebersihan pada akhirnya mengalah untuk membersihkan kamar sohibnya yang kurang lebih sama dengan TPA.

Sambil melihat Yuni membersihkan kamarnya, Kiel kembali bertanya, "Lo ngapain kesini, Yun?"

Yuni yang dengan telatennya merapikan lemari baju Kiel yang tadi bajunya mencuat-cuat keluar,menjawab pertanyaan Kiel dengan pertanyaan, "Lo kenapa dua hari belakangan ini?"

Pertanyaan yang dilontarkan Yuni dengan nada datar itu sempat membuat tubuh Kiel menegang namun dengan cepat Kiel mengatasinya, "Apanya yang kenapa? Emang gue kenapa?" tanya Kiel dengan santai diselingi tawa renyah

"Yehezkiel." panggil Yuni, "Disaat lo jawab pertanyaan gue dengan pertanyaan 'emang gue kenapa?' bukan 'gue gapapa', lo gak sadar kalau dari jawaban itu gue tahu kalau lo ada apa-apa."

Kiel speechless.

Ini hal yang paling dibenci sekaligus dikagumi oleh Kiel dari seorang Ryuniel Edison. Cowok dengan mata cokelat bening sayu itu terlalu peka. Sepintar-pintarnya Kiel atau sahabatnya yang lain menyembunyikan sesuatu tanpa disadari yang lain. Yuni selalu tahu. Jika tiap permasalahan itu selesai, ada Yuni dibaliknya.

Akhirnya Kiel menyerah. Harusnya daritadi dia tidak perlu menyembunyikannya dari Yuni,toh percuma saja. Yuni bahkan sudah menyadari perubahan perilakunya sejak 2 hari yang lalu.

Kiel mendesah resah, "Jadi gue—" ucapannya terpotong oleh pekikan membahana Yuni, "ANJAY! LO DEMEN PAKE DALAMAN PINK?"

Yuni tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang celana dalam ukuran sedang berwarna merah muda. Kiel melotot lalu segera menerjang Yuni.

"Ini dalaman adek gue,anjir!" buru-buru Kiel langsung menuju kamar Irene.

Sekembalinya Kiel dari kamar Irene,ia langsung menimpuk Yuni yang masih tertawa. "Santai aja Ki," Yuni mengatur napasnya yang terengah-engah, "Milan pernah dapat dalaman Yuna dibawah ranjang gue,malah dibawa pulang sama dia. Parah emang."

FlirtationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang