23- Lost

218 25 70
                                    

"Sebenarnya, apa arti ayah bagi kamu?"

***

"Jadi, Si, lo cari dulu pemfaktoran dengan horner untuk nilai x = 1." Anya sibuk menunjuk-nunjuk kertas cakarannya lalu memberikannya pada Sisi yang sibuk ngutak-ngatik handphone dengan wajah bosan yang teramat kentara.

Anya jadi dongkol liatnya.

Dengan menghembuskan nafas lelah, Anya berujar, "Lo serius mau belajar gak, nih? Gue depak juga lo lama-lama,"

Sisi menoleh sekilas lalu melirik kertas cakaran yang Anya letakkan di atas buku catatannya, "Cariin dulu, An jawabannya, jangan setengah-setengah gitu, elah,"

Mendengar permintaan Sisi, Anya hanya bisa memijit-mijit pangkal hidungnya, "Tolong yah bu Jessy Tritania yang terhormat, gue makan juga lo lama-lama," dengus Anya kesal bercampur gondok.

Karena kesal dikacangin, Anya menarik paksa handphone Sisi lantas menghadiahkan kekasih Asoy itu tampang galak, "Kerja. Gak!"

Sisi memutar bola matanya, "Gagal lo kalau mau galak. Gak cocok, An. Lo cocoknya jadi Putri Solo ae," Sisi kemudian mengambil pensil mekanik miliknya lantas berusaha mencari jawaban dari soal matematika yang mematikan itu.

"Jangan fokus dance doang makanya," saran Anya di sela-sela usaha Sisi, "pada anjlok kan nilanya," lanjut Anya.

Awalnya, Sisi tidak terlalu menggubris saran Anya tapi pada akhirnya ia merasa sesuatu yang penuh dalam dadanya, butuh dikeluarkan sekarang juga.

Sisi menghentak meja belajar Anya membuat sang pemilik terpekik, "Gue cuma punya nilai plus di bidang non-akademik doang, An. Percuma gue mau fokus ke ginian, otak gue gak nyampe. Nyokap gue sering marah, malu nilai anaknya— anak kepala sekolah pada merah kebakar gini,"

Anya menatap prihatin ke arah Sisi yang sedang bersidekap dada dan memanyunkan bibirnya, walau begitu, ada raut sedih pada wajah sahabat perkasa-nya itu.

Baru saja mau menimpali, Sisi kembali meneruskan curhatannya, "Bukannya nyokap gak nge-hargaiin prestasi gue dalam menari, tapi tetep aja nilai akademik yang terutama. Gue juga cukup ngerti, gue juga belajar, An. Sumpah gue belajar," Sisi menghela nafasnya lantas melirik kertas ulangan math-nya yang cuma dapat angka kembar 5, "cuma... ini aja kemampuan gue." Lanjutnya frustasi.

Anya turut sedih melihat sahabatnya, berusaha tersenyum menenangkan, Anya berujar, "gue bakal bantu, kok. Kita sama-sama belajar mulai sekarang. Pokoknya kalau udah gak ngerti lagi, gue siap-sedia jadi tutor lo. Oke?"

Sisi menoleh melihat senyum Anya lantas tersenyum geli, "Apa banget sih ini?" ia tertawa geli, "Oke-oke bu tutor, tapi sebelum dilanjut," Sisi menatap Anya. "Minta cemilan lagi, dong,"

Dasar!

Anya kembali menghela napas, sebelum benar-benar beranjak, ponselnya berbunyi, ada notif chat yang masuk.

Anya meraih ponsel dengan casing bergambar panda miliknya.

Untuk sesaat, Anya cukup terkejut lalu kemudian dibuat terperangah beberapa saat.

Sisi sampai harus mengguncang bahunya beberapa kali, "Anya, oy! Napa lu? Kesambet?"

Anya tersentak lalu buru-buru mengambil cardigan dan tas salempang mini miliknya, Sisi jadi panik, "Eh buset lo mau kemana buru-buru amat,"

Anya menatap Sisi dengan wajah panik, "Ru-rumah sakit. Gue pergi dulu, Si." Lalu setelah mengucapkan itu, Anya berjalan terburu-buru keluar dari kamar.

Sisi masih cengo untuk beberapa detik sampai kemudia tersadar. Anya lupa bawa ponselnya.

Karena rasa penasaran, Sisi cepat-cepat meraih ponsel Anya. Cukup lega karena Anya belum mengganti passcode ponselnya.

FlirtationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang