Special Chapter (1)

259 36 98
                                        

"Bertemu denganmu bukanlah suatu kebetulan. Aku percaya itu."

***

1 tahun yang lalu.


"Hoii! Lu yang pake baju putih!"

Sontak saja semua siswa berbalik ke arah Kiel yang berseru nyaring.

Yuni yang berdiri di sebelah Kiel hanya bisa menepuk jidatnya lantas menoyor pelipis Kiel, "Ki, tolong ogeb lo dikondisikan. Semua lagi pake baju seragam, lu manggil orang yang bener, dong."

Kiel yang tadinya sibuk mengusap pelipisnya yang menjadi korban kejahatan Yuni—menyengir dengan tampang watados, "Oh iya,"

"Maksud gue yang pake pita putih!" teriak Kiel kembali.

"Yang mana sih, Ki?" tanya Yuni sembari melihat satu-satu anak cewek yang berhamburan di hadapan mereka.

Alih-alih menjawab pertanyaan Yuni, Kiel malah berdecak karena gadis yang ia panggil itu tidak juga menoleh. Kontan saja, Kiel menerobos kumpulan siswa yang sibuk berdesakan di depan mading yang berisi informasi pembagian kelas.

Tubuh gadis itu hanya sepantaran bahunya saja. Begitu mungil. Kiel langsung menarik pergelangan tangan gadis itu.

"Ehh,"

"Nama lo Anya, kan? Masih ingat gue?"

Gadis yang ditarik oleh Kiel itu masih mengerjap heran, cukup terkejut karena tangannya ditarik secara tiba-tiba, tapi pada waktu yang bersamaan juga merasa lega karena akhirnya bisa bernafas dengan normal lagi.

"Yehezkiel?" ucap Anya ragu.

Kiel membalas ucapan ragu Anya dengan sebuah senyuman lebar. Lesung pipitnya langsung terlihat jelas, membuatnya terlihat begitu manis.

Anya mematung sesaat tatkala melihat senyuman Kiel.

"Kita sekelas."

______

"Si, liat pulpen gue di atas meja, gak?" tanya Anya yang kelimpungan mencari pulpennya dimana-mana.

Sisi yang juga tengah membereskan barang-barangnya, terkekeh, "Palingan udah masuk karung si Beno. Daritadi gue perhatikan tuh anak matanya sibuk menjelajah pulpen-pulpen yang kurang perhatian,"

Anya mengerutkan dahinya, "Kok lo cepet banget tau sama anak-anak? Ini kan hari pertama sekelas, Si,"

"Yah, kan sebelum pembagian kelas resmi, gue juga sekelas sama dia,"

Anya manggut-manggut. Fenomena raibnya pulpen mungkin bukan hanya di masa SMP saja. Spesies anak-anak seperti Beno ternyata tak berhenti berkembang biak.

"Gue duluan yah, mau ke ruang emak gue dulu," pamit Sisi.

Anya menanggapi ucapan Sisi dengan sebuah anggukan.

Anya masih beres-beres ketika suatu suara langkah kaki menginterupsinya, dengan cepat, gadis itu berbalik.

"Yah, ketahuan,"

Anya memicingkan matanya, "Lo belum pulang?"

Kiel mengedikkan bahunya, "Lebih tepatnya, belum mau pulang,"

Anya hanya mengangguk ringan seteleh mendengar jawaban Kiel. Lalu keadaan kelas menjadi hening.

Kiel jengah dengan hening itu.

"Lo udah mau pulang?"

Anya mengangguk tanpa berpaling dari tumpukan buku paket baru yang sedang ia bereskan.

FlirtationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang