Bab Delapan - Awal jalan.

9.6K 507 50
                                    

Adel duduk di kursi meja belajarnya, di mana meja tersebut juga berhadapan dengan balkon kamar Daffa. Pemandangan pertama yang langsung ia lihat di balkon tersebut adalah Daffa yang sedang asik mendengar lagu, tak salah lagi. Tanpa harus meladeni laki-laki yang berstatus sebagai tetangganya, Adel membuka buku latihan matematika-nya yang tadi mendapat nilai 30. Sungguh memalukan.

"Siapa, sih, yang buat matematika? Ngajak ribut banget!" umpat Adel kesal. Ingin rasanya ia merobek-robek nilai tersebut lalu menggantinya dengan angka 100.

"Dor!"

Adel menjerit dalam hati saat hati tersebut kaget dan menyebabkan bahunya terguncang. Tawaan kencang mendominasi setelah itu, yang asalnya merupakan dari si pelaku yang mengagetkan Adel.

"Perasaan baru aja gue liat dia lagi denger lagu," gumam Adel yang pastinya tak dapat Daffa dengar. Adel tak tahu, kalau Daffa sekarang sedang mencondongkan badannya sekaligus berjinjit untuk melihat nilai yang sangat besar dengan spidol merah di salah satu kertas buku Adel. Ugh, Adel sangat ingin melihat Daffa terjungkang dan jatuh ke bawah setelah ini.

"PELOTOTIN, NIH, NILAI GUE!"

Saking geramnya Adel sampai berteriak sembari menyodorkan bukunya lebih dekat ke pandangan Daffa. Mau tak mau laki-laki itu harus mengulum lalu menelan tawanya yang jujur saja sudah siap ia semprotkan untuk Adel.

"Haha, anjir! Dapet nilai segitu, malu gue, mah! Kayak gue dong, pernah dapet nilai nol."

Pulpen pilot mendarat mulus di kepala Daffa tepat saat ia berhenti mengucapkan kalimat tersebut. Selagi Daffa mengusap kepalanya sakit sambil mengaduh, Adel buru-buru menutup pintu balkonnya biar Daffa tak mengganggu otaknya yang sudah hangus oleh matematika.

"Yah, jangan ditutup, dong! Masa muka ganteng gue disia-siain gitu aja?" Suara Daffa yang masih terdengar oleh Adel membuatnya harus menutup telinga. Apa mau anak yang satu ini, sih?

"Adel~"

Yang dipanggil rasanya ingin menjerit sekarang juga. Batinnya mengeluarkan ucapan, bagaimana mungkin Reysa mau berpacaran dengan cowok mesum seperti dia? Zaman memang sudah berubah, sekarang cowok mesum mampu mengalahkan cowok beriman.

"Adel, ada kecoak." Daffa berucap setengah berbisik, dengan niat ingin menggoda perempuan yang ada di seberangnya.

"Gue nggak takut!" balas Adel mantap. Ah, Daffa hanya dibalas kalimat tersebut saja sudah merasa lega.

"Kalo... sama cacing mangap?"

"Cacing mangap itu lo! Jadi, gue nggak bakal takut!" Daffa ingin tertawa saat mendengar nada ucapan Adel yang mengalun kasar di telinganya. Selagi berpikir, Daffa bersenandung kecil.

"Sama kudanil?"

"Lo siluman kudanil, gue nggak takut!"

"Kok, gue mulu, sih?" Daffa kali ini berdiri tegak, ingin marah sekaligus tertawa untuk melihat respon Adel. "Soalnya lo nyebelin, mirip sama cacing mangap plus kudanil!" balas Adel dengan tangan yang sekarang sudah sibuk membolak-balik kertas.

"Hm, keren juga, sih."

'Dasar bego!'

"Kalo sama mantan?"

Ok, di pertanyaan kali ini Adel hanya diam. Bukan, bukan karena Adel takut mantan atau karena Adel punya mantan. Alasannya karena... Daffa sendiri mungkin?

"Gue nggak takut," lirih Adel.

"Adel." Daffa menyeruakkan nama Adel pelan. Yang dipanggil dengan lirih hanya bisa diam, sambil menunggu ucapan yang akan keluar dari mulut Daffa.

From Daffa To Adel [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang