Adel melangkahkan kakinya untuk pulang dari sekolah. Pulang pada pukul 17.22 sepertinya benar-benar membuat tenaga Adel sepenuhnya terkuras. Nafasnya juga terengah-engah. Ditambah lagi kali ini, ia sedang berjalan kaki menuju rumahnya.
Selang beberapa detik kemudian, suara klakson motor mengejutkan Adel. Lantas, perempuan itu menengok siapa orang yang mengklaksonkannya dari belakang.
Pakai helm. Ok, hal itu membuat Adel tak dapat melihat rupa si orang yang naik motor tersebut.
Adel mengerutkan dahinya, padahal ia sudah minggir, membiarkan motor tersebut melaju. Namun si pengendara belum melajukan motornya, malah membuka helmnya itu.
"Eh, kita ketemu lagi. Ketua grup bibir merah, heh?"
Mata Adel membulat sempurna mendapatkan suara berat itu memasuki pendengarannya. Wajahnya diwarnai dengan rona merah tipis dan Daffa menyukai itu.
Eh? Menyukai? Ah, apalah yang ada di pikiran Daffa sekarang.
Keduanya terdiam, lalu Adel lebih memilih jalan cepat-cepat menjauhi ketos tersebut. Daffa tak mau mengalah begitu saja, dirinya menjalankan motornya pelan-pelan mengintili Adel.
"Lo ngapain ngikutin gue?" tanya Adel kasar.
"Oh, berani ngomong 'gue' sama kakak kelas, nih, ceritanya?" balas Daffa menghiraukan apa yang Adel ucapkan.
Adel mendecak. Ia pikir jika tak dikasarkan, sepertinya Daffa akan menjadi-jadi. Tapi dugaannya salah, Daffa justru makin gencar meledeknya.
"Ya... Pada nyatanya, anggota sama ketuanya sebelas dua belas." Daffa menyeringai jahil, menunggu reaksi Adel selanjutnya.
"Duh, cacing mangap! Lo mendingan urusin hidup lo dulu! Gue mau pulang dan jangan ngikutin gue atau gue bakal nyebarin gosip yang nggak-nggak!" ancam Adel penuh penekanan. Daffa tertawa. Bukan tawaan meremehkan, melainkan tawa lucu.
"Sejak kapan cacing bisa mangap?"
Sabar, Adel, sabar!
Berotak mesum, udah gitu menjengkelkan. Siapa yang akan menyangka bila ketua OSIS sikapnya seperti itu? Zaman memang sudah berubah!
Adel mencoba menghiraukan bocah menyebalkan di hadapannya dengan berjalan sambil berusaha menganggap kalau hanya ada ia seorang diri.
"Kalo gue cacing mangap, lo apa?"
Adel masih terdiam.
"Ah, kalo lo, cukup jadi cewek bohay aja jadi, kok!"
'Sialan! Nih, banci kuda nggak bisa diem banget mulutnya!'
"Eh, grup bibir merah enaknya diapain, ya? Apa gue kasih tau guru BK aja biar enak?" tanya Daffa mencoba merenggut perhatian Adel.
"Ja-jangan, kak, jangan!" Sontak Adel menengok dan memasang wajah memohon. Daffa tertawa geli melihat ekspresi adik kelasnya yang satu ini. Seolah ingin menatap ekspresi lebihnya, Daffa tak henti-henti menjahili adik kelasnya itu.
"Eh," panggil Daffa iseng. Adel menengok sebagai respon.
"Emang elo?" Daffa kembali tertawa geli setelah berhasil membuat Adel kembali merenggut kesal.
"Kak, please, deh! Gue mau pulang, lagian lo kenapa, sih, ngikutin gue terus? Suka lo sama gue?" ucap Adel tak tahan. Wajahnya merah merona antara malu dan marah. Masalahnya, Adel sangat jarang diledek seperti ini, apalagi laki-laki, kakak kelasnya pula. Udah gitu dia ketos. Ok, Adel lebih memilih untuk jatuh ke jurang saja kalau sudah seperti ini.
"Suka sama lo? Iya-ehhh, salah ngomong, kan, tuh!"
"Garing, kak, sumpah!"
Keduanya kembali terdiam.
![](https://img.wattpad.com/cover/104390051-288-k759186.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
From Daffa To Adel [Completed]
Teen FictionSiapa yang menyangka kalau ketos yang dibilang galak dan sangar itu ternyata berotak mesum dan bertingkah manja serta menyebalkan. Memang, orang-orang takkan percaya dengan gosip di atas, karena yang namanya Ketua OSIS pasti sudah tertanam sikap pos...