Jumat.
Ah, hari yang disenangi banyak orang. Selain karena faktor tak ada jam tambahan dan pulang lebih awal, esoknya-hari Sabtu-juga libur. Awalnya Adel senang akan fakta kalau ia bisa bersantai di rumah. Namun kesenangannya terhalang akibat wajah Reysa yang membuat semua kesenangannya terasa hambar seketika.
"Lo kenapa, Rey?" tanya Adel sambil menepuk pundaknya bersahabat. Tanpa Adel sangka, Reysa justru malah menyingkirkan tangan Adel dari pundaknya dengan pandangan tak enak. Adel memasang wajah bertanya-tanya.
"Maaf."
Hanya kalimat itu yang ia keluarkan setelah perlakuannya pada Adel.
"Lo marah sama gue?" tanya Adel risih. Reysa diam.
"Lo marah sama gue, Rey?" ulang Adel sambil mengguncang-guncangkan tubuh Reysa.
"Nggak, ih!" Reysa membentak. Berdiri dan berjalan menjauhi Adel.
Adel benar-benar tak habis pikir ia bermimpi apa tadi malam sampai mendapati Reysa terlihat sangat parah. PMS? Reysa tak pernah seburuk ini jika sedang PMS.
Lalu apa?
Daripada bingung sambil meringis, Adel memutuskan mengejar Reysa. Menyusulnya dan meminta penjelasan yang pasti.
Adel menengok sana-sini. Mencoba menemukan wajah sahabatnya itu. Begitu menginjakkan kakinya di depan kelas 12-IPA-2, wajah Daffa muncul secara mendadak yang membuat Adel harus mengerem mendadak.
"Weh, santai, mba! Mau kemana, sih? Mau nemuin Abang Ganteng, ya?" tanya Daffa sambil menepuk dadanya bangga. Adel mendengus kasar dan membalas, "Sorry. Gue mendingan nyariin kingkong yang lagi makan gajah daripada nyariin bocah brengsek kayak lo!" Adel kembali berjalan tanpa menyadari kalau Daffa membuntutinya di belakang.
"Lo nyari siapa, Del?" tanya Daffa bingung.
"Reysa." Dengan santainya Adel menjawab tanpa memperhatikan siapa yang bertanya. Empat detik kemudian barulah ia sadar, "Ih, kok lo di sini, sih?! Pergi sana!" Adel berbalik sebelum berkata hal tersebut dan mendorong dada bidang Daffa. Tenaga Adel yang terlalu kecil dan tangannya yang terlalu mungil membuat pikiran Daffa kotor sendiri.
"Ih, Adel nakal, ya?"
Sontak, wajah Adel sudah seperti habis dipanggang, merah semua. Dalam hatinya berucap, mendingan langsung pergi cari Reysa daripada mengurus anak monyet seperti Daffa.
"Daf, liat Reysa, nggak?" tanya Adel mencoba mencari jawaban.
"Kayaknya ke kantin," tebak Daffa.
"Serius! Punya bukti?" tanya Adel.
"Yah, nggak percaya. Biasanya anak yang lagi bosen, pengen cabut, bolos pelajaran, galau. Mereka pasti ke kantin!" ujar Daffa meyakinkan.
Adel mempercepat langkahnya. Khawatir akan kondisi Reysa.
"Tuh, dia!" Adel berseru ketika mendapati wajah Reysa di meja kantin sambil memainkan ponselnya malas. Daffa mengerutkan dahinya mendapati sosok yang ternyata Adel cari adalah Reysa yang 'itu'.
"Rey! Rey!" panggil Adel terengah-engah. Daffa menyusulnya santai sambil bersiul. Matanya menyipit saat Reysa membalas tatapan Daffa.
"Rey-"
Panggilan Adel terpotong akibat melihat Daffa dan Reysa yang saling bertatapan. Dengan wajah yang tak kalah cemas saat Reysa kabur tadi, ia menatap Daffa yang kini menyeringai.
"Halo, mantan!"
Apa maksud dari rasa sesak di dada Adel saat ini?
"Kalian..." Adel menggantungkan ucapannya. Reysa meneguk ludahnya sambil mengalihkan pandangannya dari Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Daffa To Adel [Completed]
Ficção AdolescenteSiapa yang menyangka kalau ketos yang dibilang galak dan sangar itu ternyata berotak mesum dan bertingkah manja serta menyebalkan. Memang, orang-orang takkan percaya dengan gosip di atas, karena yang namanya Ketua OSIS pasti sudah tertanam sikap pos...