Bab Satu - Aksi bibir merah.

35.5K 1.2K 421
                                    

Perempuan itu memandang dirinya di cermin. Dengan senyum bahagia, ia mengambil tas di hadapannya dan memasukkan beberapa kosmetik ternama yang baru ia beli. Langkah riangnya berjalan keluar kamar, kemudian menemukan keluarganya yang telah siap di meja makan.

Namanya Adel. Perempuan yang masuk anggota grup bibir merah. Jika saja setiap hari perempuan itu tidak rajin membawa make up, kaum Adam sudah pasti mengincarnya dari pertama Adel masuk ke SMA-nya.

"Sarapan dulu, sayang," panggil sang Mama tercinta.

"Adel nggak laper, Ma. Mau buru-buru ke sekolah!" ucap Adel menjawab sambil memakai sepatunya.

"Tapi nanti kamu-"

Ucapan Ibundanya bagai angin lalu, Adel menghiraukannya dengan langsung mencium punggung tangan sang Ibunda lalu pamit. Padahal jam masih menunjukkan pukul 06.05.

FROM DAFFA TO ADEL.

Hari ini, sebenarnya adalah hari pertama sekolah. Juga hari dimana anak kelas sepuluh melakukan masa orientasi mereka. Ah, satu lagi, juga merupakan hari dimana Adel telah menginjakkan kakinya selama satu tahun di sekolah ini.

Tapi bukan itu tujuan Adel masuk sekolah pagi-pagi. Tujuan aslinya adalah mengatur komplotan geng bibir merah.

Geng ini terbentuk sejak tiga tahun yang lalu, katanya diwariskan secara turun menurun oleh kakak-kakak kelas mereka. Hebatnya, geng bibir merah ini dalam waktu tiga tahun hanya sekali tertangkap basah membawa make up!

Bayangkan, tiga tahun!

Lalu sepertinya Adel harus menghadapi kemungkinan besar dirinya akan tertangkap membawa make up. Lihat saja, para anggota OSIS telah berjaga sejak pukul setengah enam. Toh, ada masa orientasi siswa hari ini.

"Jalannya cepet, dek! Jangan kayak anak TK!" Suara tersebut menyentakkan Adel dari tempatnya. Satu detik, Adel menepuk jidat merasa bodoh, "Haha... Apa-apaan, sih? Gue, kan, bukan anak kelas sepuluh lagi!" rutuk Adel pelan.

Ia menggigit bibir bawahnya cemas, sebelum akhirnya memilih untuk masuk tanpa ekspresi meragukan sama sekali.

Awalnya semua baik-baik saja, OSIS yang dikatakan Adel dalam hati 'bodoh' itu masih sibuk mengurusi dan memarahi anak baru kelas 10 yang memakai kalung dari jengkol dan wortel.

Ada derap langkah menghampiri Adel, semakin digigit bibir bawahnya menahan rasa cemas. Adel sedikit menengok.

'Fyuh, untung bukan gue!'

Baru saja Adel melengos kembali, sebuah tangan menarik lengannya agak kasar.

"Aduh! Apa-apaan, sih?!" Adel memberontak, memelototi orang yang menarik tangannya itu.

"Bibir kamu ada lipstik-nya! Bersihin sebelum saya lapor ke ketos!" Adel mendecak benar-benar dengan nada paling kesalnya. Dengan ogah-ogahan, ia berjalan menuju kamar mandi.

"Okey! Detik ini boleh nggak pake lipstik. Tapi satu jam kemudian, gue nggak akan biarin lipstik ini lepas. Hello... Apa jadinya kalo Adel nggak pake lipstik? Bisa disangka dower gue!" gumam Adel gemas saat berada di toilet kamar mandi.

Adel merasa ada sesuatu yang janggal. Tangannya meraba-raba kesekitaran tubuhnya lalu melongok sedikit.

"Tas kecil gue mana?!" Adel berucap setengah teriak, membuat semua yang ada di dalam toilet menengok ke arahnya dalam keadaan hening.

From Daffa To Adel [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang