Bagaimana mungkin Adel tidak curiga saat mendapati Daffa yang terus menguntitnya. Di kantin, saat masuk kelas, di toilet pun Daffa menguntitnya. Adel sendiri kini sibuk memijat kepalanya pening. Di antara banyak cecan di sekolah ini, kenapa ia yang harus dijadikan bahan 'penguntitan' si Daffa itu.
"Ya udah, sih. Si Daffa demen sama lo, kali!" ujar teman sebangku Adel di kelas-Reysa.
"Yee... Demen-demen aja lo! Bisa aja dia nguntit gue gara-gara gue ketua bibir merah dan dia mau modusin gue biar jeblos ke ruang BK lagi!" tukas Adel keki. Saking kekinya, Adel sampai memonyongkan bibirnya ketika selesai bicara.
"Terserah lo, deh!" timpal Reysa yang kemudian membuka buku catatannya.
Suasana di sekitar Adel dan Reysa menjadi lengang sementara.
"Tapi jangan, deh!" Ucapan Reysa membuat Adel tersentak kaget. "Jangan, kenapa?" tanya Adel dengan dahi mengerut.
"Kalo Daffa suka sama lo, gue nggak bisa jadi pacarnya nanti," ungkap Reysa sambil tangannya yang terus mencoret-coret buku catatannya itu. Dahi Adel juga semakin mengkerut ke arah Reysa, tanda perempuan itu bingung setengah mati.
"Hellow, Adel! Yang suka sama si Daffa ketos itu banyak, bukan gue doang!" ketus Reysa dengan cengengesan akhirnya. Adel akhirnya memasang wajah 'iuh' disahuti dengan suara bel pertanda masuk kelas. Sudah dapat dijamin semua anak di sekolah ini menghela nafas kasar.
Ya, mungkin Reysa benar. Tak hanya ia yang menyukai ketos, melainkan semua anak perempuan di sekolah ini, termasuk Adel.
Maka dari itu, tadi jantungnya serasa mencelos.
***
Kali ini beralih pada waktu pulang. Dari pagi sampai pulang sekolah ini, tak henti-hentinya anggota grup bibir merah bertanya alasan kenapa Adel bisa tertangkap basah. Adel yang ditanya merenggut kesal sampai-sampai ia harus berjalan bungkuk seperti ini dalam mood yang tidak baik.
Bugh!
Suara bola basket yang mengenai anggota tubuh terdengar. Adel merintih karena dialah sumber dari suara tadi. Diliriknya sekitar, mencari siapa yang melemparkan bola basket itu.
"Eh, dek, maaf ya. Nggak sengaja." Suara tersebut terdengar dari belakang Adel. Sontak, Adel menengok ke belakang. Baru saja mulutnya hendak terbuka untuk marah-marah, paras tampan dan tingginya lebih sejengkal dari Adel itu membuat lutut Adel lemas sendiri.
"E-eh... Iya, kak. Nggak papa, kok!" ujar Adel salah tingkah. Laki-laki itu tersenyum manis, lalu mengambil bola basketnya.
"Yah... Biarpun gue kelas dua belas, gue harap lo nggak manggil gue pake 'kak'. Nama gue Lio," ujar kakak kelas itu dan segera pergi menjauhi Adel.
"Iya, kak. Nama aku Adel," gumam Adel sendiri karena laki-laki tadi sudah pergi menjauh.
Saat ia memandang sosok laki-laki itu kembali bermain basket. Muncul wajah Daffa yang sedang tertawa bersamanya. Adel lagi-lagi merenggut kesal. Bisakah sehari tanpa gangguan wajah Daffa itu? Pikir Adel seraya memasang wajah eneg.
"Adel!"
Adel menengok. Siapa lagi yang memanggilnya kali ini?
"Eh, Rey. Kenapa?" tanya Adel setelah mengakses wajah yang ternyata adalah Reysa.
"Pulang bareng! Bokap nyokap gue lagi pergi," ujar Reysa dengan tangan kanannya yang berada di pundak Adel.
"Hm." Adel bergumam mengiyakan.
"Eh? Itu si Daffa? Anjir, dia keren banget kalo lagi main basket!" ungkap Reysa langsung terpesona.
"Iuh, keren dari mananya?" tanya Adel keki. "Kerenan juga si Lio!" lanjut Adel sambil menyeringai.
"Eh? Lio?" ulang Reysa sambil terbengong-bengong. "Iya, Lio. Tuh, yang lagi megang bola," unjuk Adel.
"Gue tau. Tapi lo yakin suka sama dia?"
"Kapannya gue suka sama dia? Gue cuma bilang dia lebih keren dari Daffa. Udah, ah! Gue mau balik!" Adel berjalan mendahului Reysa yang menggigit bibir bawahnya sendiri.
"Del, tungguin gue!"
***
"Halo, Adel!"
Seperti biasa, pemandangan yang Adel dapat saat ia sampai rumah adalah sambutan dari Daffa. Tak bosan-bosannya ia meledek Adel dengan kalimat menggodanya, padahal Adel sudah berprilaku benar-benar seperti seorang ratu dengan pembantunya dan Daffa, ada saja kelakuannya yang bisa membuat Adel menghela nafas sebal.
"Udah, Daf! Gue mau istirahat," ujar Adel pasrah.
"Oh, masa? Mau Daffa temenin?" tanya Daffa jahil menggoda Adel.
Adel tak mampu berkata lagi. Ia memasang wajah memelas pada sang ketos itu. Meminta izin baginya agar dapat bebas tanpa gangguan Daffa.
"Ya, udah. Masuk, sana! Gue yakin lo capek banget pulang sekolah," ujar Daffa akhirnya seraya menghela nafas berat.
Adel menatap Daffa cengo. Daffa sempat menepuk pipi Adel pelan melihat tingkat idiot perempuan itu. "Mau masuk, nggak? Sebelum gue berubah pikiran," ancam Daffa yang dibalas larian terbirit Adel masuk ke dalam rumahnya.
Sekali lagi, Daffa menghela nafas berat.
Sudah 2 tahun sebenarnya Daffa menjadi tetangga Adel. Faktor keduanya yang tidak terlalu peduli lingkungan membuat mereka tak saling kenal selama 2 tahun ini. Adel saja tidak menyangka kalau Daffa itu tetangganya.
Namun lain dengan Daffa. Satu tahun yang lalu, lelaki itu mulai berubah pikiran. Entah karena sedang dalam masa pubertas atau bagaimana, ia berfikir kalau sudah seharusnya ia berakrab dengan Adel. Nyatanya, Daffa sendiri merupakan laki-laki yang menjadi ketos namun pengecut jika berhadapan dengan Adel saat itu. Hal inilah yang menjadikan Daffa tak segan-segan menggoda Adel saat ia dihukum akibat membawa make up.
Dan jadilah Daffa yang sekarang, yang dianggap 'teman baru' oleh Adel.
Tidak, Daffa belum memiliki rasa apapun pada Adel. Hanya saja, jika tak ada Adel, mulutnya bisa saja gatal karena tidak ada murid yang bisa ia kerjai.
Daffa akan mulai menyadari perasaannya, saat takdir mulai berubah.
Atau biasa kita sebut 'terlambat'.
Sekali lagi, Daffa menghela nafas berat. Ia melangkah ke arah rumahnya yang tak jauh dari tempat ia berdiri. Membuka pagar lalu menutupnya perlahan. Menatap sedikit rumah Adel yang masih dapat ia lihat. Kemudian masuk, bersama ketidaknyamanan hatinya sendiri.
TBC
Semoga suka ya. Maaf kalau belakangan ini aku update dengan part yang pendek.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya.
16-04-17
KAMU SEDANG MEMBACA
From Daffa To Adel [Completed]
Novela JuvenilSiapa yang menyangka kalau ketos yang dibilang galak dan sangar itu ternyata berotak mesum dan bertingkah manja serta menyebalkan. Memang, orang-orang takkan percaya dengan gosip di atas, karena yang namanya Ketua OSIS pasti sudah tertanam sikap pos...