Reysa mengajaknya ke cafe sepulangnya sekolah sebagai penjelasan akan kebingungan Adel saat Daffa memanggil Reysa dengan sebutan 'mantan' saat di kantin tadi.
Melamun, Adel bingung ingin berbuat apa, berkata apa. Dia bukan siapa-siapa. Daffa hanya sekedar tetangganya, kakak kelasnya, Ketua OSIS di sekolahnya. Haruskah Adel datang ke cafe bersama Reysa?
From: Reysa
Gue tunggu di cafe tempat biasa ngerjain tugas.Adel tidak mau datang.
Ia membanting tubuhnya di kasur. Menatap langit-langit kamar bergambarkan awan cerah.
Perempuan dengan kesan agak tomboy itu memikirkan tentang baru beberapa hari dia dan tetangga mesumnya itu bertemu. Adel tidak mungkin secepat ini jatuh hati. Mungkin hanya perasaan kagum yang membuat dirinya merasa sesak ketika sadar kalau Daffa dan Reysa pernah menjalin hubungan dan Adel tidak tahu itu.
"Gue harus dateng!" gumam Adel pada dirinya sendiri mantap. Posisinya sendiri telah ia rubah menjadi duduk di pinggir kasur. Berpikir dua kali sejenak, lalu berjalan ke arah lemari.
Bukan hanya Daffa yang menjadi inti ia ingin mendengar penjelasan. Reysa, yang selaku sahabatnya, orang terdekatnya, menyembunyikan sesuatu dari Adel adalah hal yang harus dipertimbangkan.
Ditariknya dasi abu-abu khas SMA, membuka seluruh kancing baju dan menggantinya dengan baju casual.
To: Reysa.
Gue otw!***
Adel memicingkan matanya ketika sampai di tempat yang Reysa mau. Dengan keadaan desak-desakan dan suara yang beradu dari berbagai arah, Adel tak yakin dengan mudah akan menemukan Reysa.
Awalnya Adel pasrah, menyender pada tiang listrik. Hei, lihatlah! Untuk masuk ke dalam cafe membutuhkan waktu dan tenaga. Di depan cafe sangat banyak orang yang berlalu lalang. Jika seandainya Reysa sudah ada di dalam pun, Adel mungkin takkan sudi jika harus berdempetan dengan orang-orang yang pastinya sudah bau keringat di sini. Ah, memikirkannya saja Adel sudah muak duluan.
"Adel! Adel!"
Adel menyipitkan matanya ketika mendengar sebuah suara memanggil.
"Adel!" Suara itu membesar. Adel baru menengok, dan mendapati Reysa yang sedang melambaikan tangan di meja makan yang dekat dengan pintu masuk. Dengan mengerutkan dahinya sebentar, Adel berpikir kalau ia harus nekat melewati desakan orang-orang.
"Gila, gue manggil lo lebih dari sepuluh kali, nggak denger-denger! Jadi berasa manggil setan!" celetuk Reysa. Adel memanyunkan bibirnya ketika ia sudah sampai tepat di hadapan Reysa, lalu menatap sekitar cafe sebagai pengalih perhatian.
"Gue haus." Reysa menepuk jidatnya saat sahabatnya itu berkata seenak jidat. Karena Reysa tahu, kalau Adel sudah berkata seperti itu, ia akan minta dibayarkan.
"Lo lupa tujuan lo ke sini mau ngapain?" tanya Reysa sebelum menyeruput minumannya. Adel memandang iri minuman di hadapannya itu. Mau tidak mau Reysa terkikik geli dan mau tidak mau juga, Reysa harus kehilangan separuh minumannya karena disedot Adel tanpa henti.
"Jadi, apa?" Adel membuka topik. Melipat tangannya di meja seperti bocah TK.
"Ya... lo mau gue jelasin apa?" balas Reysa ikut bertanya. Adel sempat memainkan alisnya, sebelum bertanya pada Reysa yang membuat perempuan itu tersentak.
![](https://img.wattpad.com/cover/104390051-288-k759186.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
From Daffa To Adel [Completed]
Fiksi RemajaSiapa yang menyangka kalau ketos yang dibilang galak dan sangar itu ternyata berotak mesum dan bertingkah manja serta menyebalkan. Memang, orang-orang takkan percaya dengan gosip di atas, karena yang namanya Ketua OSIS pasti sudah tertanam sikap pos...