Gue mengerjapkan mata gue berkali-kali ngelihat rumah yang katanya rumah cowok gaje yang bawa gue kesini.
"Anjirr ini rumah lo? Ck ck ck bagus banget sih?!" gue berdecak kagum sendiri ngelihat betapa rapi dan lebarnya rumah si Sehun ini.
"Heh, nyebut lo! Ngumpat mulu." tegur Sehun menyenggol bahu gue pelan.
Yah apa daya gue yang cuma hapal surah Al-Fatihah.
"Subahanallah."
"Najis gaya lo anju ngakak gue."
"Lah sayton tadi lo nyuruh gue nyebut. Giliran gue udah alim lo katain najis. Salah apa hamba-Mu ini ya Tuhan?" tanya gue mendramatisir keadaan.
"Udah lah, itu di atas ada rentetan kamar. Lo tinggal milih aja yang mana yang jadi tempat tidur lo."
"Lah emang kagak ada orang tua lo?" tanya gue bingung.
"Ortu gue ya di rumah lah. Ini kan rumah gue beli sendiri. Lagian mereka gak tau." gue menghela nafas tenang.
"Eh terus lo tidur di mana? Kalo lo tidur di rumah ortu lo gue gak mau di sini sendiri, takut." gue nginget aja gue trauma malam-malam sendirian apa lagi kondisi gelap.
"Gak bakal, gue tidur sini kok sama lo, lagian nanti lo juga bakal banyak kawan. Kan udah gue bilang gue mau dapet tujuh istri." katanya terus terang. Gue sih nggak keberatan. Toh, gue cuma numpang tinggal doang di sini. Dari pada gue di rumah keluarga tiri gue.
"Eh kok lo gak ngelawan sih gue culik?" pantes aja mukanya keliatan gusar banget. Ini toh yang dia penasaran.
"Yah gue juga gak mau tinggal di rumah gue, isinya keluarga tiri gue semua. Nyokap gue ninggal pas gue masih umur empat tahun. Bokap gue nikah lagi, gue bisa ngeliat jelas gimana pas dia nuangin racun ke teh bokap gue si Mari anjing itu udah ngebunuh bokap gue, tapi hebatnya dia bisa selamat dari tudingan itu. Ah ampas hukum udah nggak adil sekarang.
Seenak jidad dia bawa cowok brengsek itu ke rumah gue. Dia bahkan belom pernah hamil anak dari bokap gue, tapi dia malah nikah sama cowok berengsek itu dan nempatin rumah gue. Gue yang seakan jadi benalu bagi keluarganya yang sekarang tinggal di rumah gue sendiri.
Ah anjir, dia udah punya anak dua dari cowok bajingan itu. Aish lemah banget si gue, pake nangis segala. Ah gue gak lemah. Air mata sialan." tukas gue sambil nangis kejer.
Gw kembali nginget kejadian waktu itu
Flashback mode on
"Nari sini nak!" panggil seorang lelaki paruh baya pada anaknya sulung perempuannya.
"Iya Pi kenpa?" tanya anak itu mengerjap polos.
"Ambilkan air putih untuk Papi dan suruh Mami buat teh untuk Papi." tukasnya lembut.
"Siap Pi!" Nari hormat pada ayahnya membuat ayahnya tertawa kecil.
"Habis itu kamu langsung tidur yah?" pinta pria itu pada anaknya.
"Iya Pi."
Dengan semangat ia pergi ke dapur untuk mengambil minum tetapi di dekat ruang keluarga dilihatnya wanita yang memegang status istri dari ayahnya itu sedang berjalan seraya memegang ponsel canggihnya itu diletakan didekat telinga. Karena penasaran tak tahu resiko, gadis kecil itu mengikuti ibu tirinya
"Iya sayang nanti aku taruh pasti racunnya kedalam teh itu---"
"Iya tunggu dia memintaku membuatkan teh untuknya."
Gadis kecil berumur 12 tahun itu tersentak kaget mendengar kata racun.
Dia berlari mengambil segelas aqua dan menaruh aqua tersebut di atas meja kerja ayahnya.
"Terima kasih Nak." gadis itu hanya mengangguk dan kembali berlari kearah dapur.
Ia masih mendapati mami tirinya itu masih berteleponan dengan selingkuhannya. Pada usia Nari, dia sudah cukup memgerti semenjak ayahnya membawa ibu tiri bersama kakaknya itu.
"Mi." panggil Nari pelan.
"Hmm?" bisa Nari lihat dari mimik wajah maminya itu terlihat kaget seakan kepergok sedang memakai narkoba.
"Papi minta buatin teh." ujarnya datar .
"Ah iya ibu buatkan dulu."
Nari sibuk mengamati cara ibunya membuat teh tersebut. Dilihat nya ibunya menuangkan 1 ½ sendok gula dan menaruh sebuah kantung teh kedalam gelas tersebut. Pada saat mendidih ibunya langsung menuangkan air panas dari teko ke gelas hingga gelas itu penuh dan mengaduknya dengan sendok. Terlihat lagi bahwa ibunya memasukan serbuk putih ke dalam teh tersebut.
"Itu apa Mi?" tanya Nari penuh selidik.
"Ah ini~Gula." maminya mungkin sedikit kaget mendapati Nari melihatnya bekerja.
Jawaban itu membuat Nari menaikan kedua alisnya dan mengernyit heran.
"Bukannya Mami tadi udah masukin gula ya?" tanya Nari heran.
"Ah ini kurang manis."
"Kenapa tidak pakai gula yang di toples?" tanya Nari makin heran karena dilihatnya ibunya mengambil serbuk putih itu dari saku celananya
"Gak apa-apa. Sudah malam tidur kamu."
Akhirnya Nari kembali ke kamar tidur dan tertidur pulas.
***
Cklek
"Uhuk uhuk Nak tolongin Papi!"
Suara itu membuat Nari terbangun.
"Pa .. Papi kenapa pi?" tanya nari panik
"Dada papi sesak."
Mode off
"Nar, Nari, Rii, oyy!"
"Aaaaa!" gue teriak parau.
"Ri lo kenapa?" tanya Sehun ke gue.
"Hun, Hun gue takut sama wanita bangsat itu." kata gue gemetar.
"Udah Ri tenang lo sama gue sekarang." Sehun mengelus bahu gue lembut.
"Oke lah lu tidur sini."
To be continue
Vomment juseyoo
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycopath - Osh
FanfictionENDING [PRIVATED ON SOME CHAPTHER] When obsession becomes love *Sehun I want to have seven wifes. But after she comes, bring my heart away. The desire suddenly dissapeard. I like she so much. When her go, i'm lost she. I realize that my race against...