Tujuh Belas - An Insident

1.5K 127 21
                                    

Sepuluh hari setelah kelulusan sekolah Nari hanya berdiam diri di rumah. Dia tidak berminat melakukan aktivitas yang dilakukan banyak orang setelah kelulusan.

Seperti  mencari Universitas baru untuk meneruskan pendidikan,  mencari kerja, atau bahkan berlibur untuk melepas rasa panas di kepala karena terlalu banyak barpikir. Yang seorang Ahn Nari lakukan hanya diam sembari memandangi keadaan di bawah sana dari sisi tempat balkon kamarnya.

"Akhh gue bosen. Mau kemana mana mager juga. Terus gimana dong?" tanyanya bermonolog sembari meregangkan otot tubuhnya.

"Ternyata kelamaan duduk capek juga ya?" Nari menepuk nepuk bokongnya yang terasa panas efek berlama lama di atas kursi.

"Eh anak rubah mau ikut gak?" tanya Chanyeol yang tiba tiba muncul dari pintu balkon.

"Eh jerapah enggak deh makasih." sahut Nari mendelik malas.

"Emang gue mau ngajakin lo kemana coba?" tanya Chanyeol dengan wajah menyepelekan.  Seakan akan jika Nari tidak ikut akan menyesal seumur hidupnya.

Nari menatapnya dengan kening berkerut. Kemudian ia memutar matanya.  Mencoba menerka nerka kemana Chanyeol akan membawanya.

"Bego ya bego aja. Jangan kebanyakan mikir lo. Kita mau berobat. Mamah juga ikut kok." Chanyeol memutar matanya kemudian beralih menatap Nari jengah.

"Lah keringet unta bukannya ngomong dari tadi lo. Sok misterius banget." Nari berjalan masuk hendak mempersiapkan diri.

"Buruan lo. Soalnya kalo sisa waktu mamah mau beli----"

"Eh gila! Gak lucu ya lo buka baju depan gue! Buruan pake baju lo!" sahut Chanyeol histeris.

Nari memandangnya sebentar. Mengerutkan dahinya. Kemudian menggedikan bahunya tak acuh.

"Si anjir gue dikacangin coba!" Chanyeol berjalan keluar sembari menutup matanya. Tetapi tetap saja dia meregangkan jarinya sedikit mencoba melihat. Chanyeol buru buru menghentikan pikiran jahat yang berada di otaknya yang bersarang itu saat ini. Dia menggelengkan kepalanya mencoba mencegah hal yang seharusnya memang tidak terjadi.

Yap dia berhasil menyentuh kenop pintu. Perlahan ia menariknya ke bawah dan,"Lah? Kok gak kebuka? Nari kok pintunya gak kebuka?!" tanya Chanyeol panik.

"Hmm? Ya iyalah gak kebuka. Gue kunci pake remot. Orang gue lagi ganti baju." sahut Nari masih memilih milih baju yang ada di dalam lemarinya.

"Ya dibuka dulu dong Nari. Ini gue mau keluar gimana?" tanya Chanyeol mencoba bersabar.

"Hah? Ya jangan lah gue kan lagi ganti baju. Entar kalo ada orang yang liat gimana?"

"Emang menurut lo gue bukan orang?!" tanya Chanyeol yang mulai tersulut emosi.

"Lo? Orang? Hahaha lo bisa pake cermin itu buat ngaca. Full body kok cerminnya. Tenang aja udah kebal. Gak bakal pecah kalo dipake ngaca sama makhluk kayak lo." Nari ngakak sembari menunjuk kaca di dekat kamar mandi. Tunggu dulu,

Kamar mandi!

Chanyeol mulai berjalan,"Dih ngaca beneran dia? Dasar tanduk jerapah." sahut Nari terkekeh.

"Silit lo lebar!!" geram Chanyeol mendengar perkataan Nari.

"Ya silit gue emang lebar. Kalo gak lebar gak bisa boker gue." Nari ngakak lagi.

***

Setelah insiden ganti baju di kamar tadi Nari benar benar dibawa ke psikiater. Bukan hanya karena mentalnya, Chanyeol merasa otak Nari sudah semakin ke mana mana.

Psycopath - OshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang