05 ㅡ Afraid

2.6K 304 6
                                    

SEULGI POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEULGI POV

Aku berjalan tanpa arah, semua terjadi begitu saja. Aku ingin mengikuti nalarku, mencoba sekuat mungkin agar aku tidak tumbang. Aku tak pernah menyalahkan siapapun, kehidupanku memag selalu begini. Aku hanya ingin mengikuti situasi, memilih mengalah pada keadaan, aku tak pernah yakin bahwa cinta datang karena terbiasa.

"Dokter Kang, seorang perawat ingin bertemu denganmu, apa kau sibuk?"

Lamunanku buyar, tatapanku kembali terfokus. Hanya ada seorang wanita dengan seragam perawat menghampiri tempat dimana aku terdiam untuk beberapa waktu.

"Siapa?" tanyaku pada sosok itu.

"Perawat Seo."

Aku mengangguk, suasana hatiku benar-benar hilang sejak sebulan yang lalu. Baru ini aku sering melewatkan pertemuan dokter yang menurutku sangat penting. Lagi pula terdengar percuma jika aku datang tanpa memahami sedikitpun materi yang diberikan oleh Profesorku.

"Selamat siang, Dokter Kang."

Seulas senyum hangat kusunggingkan, aku berusaha menutup kemungkinan bahwa Perawat Seo akan mengetahui kegundahanku akhir-akhir ini.

"Ya, apa yang membuatmu ingin menemui ku? Perawat Seo?"

"Aku hanya ingin memberi tahu padamu, Jeong Ahn pasien kita di kamar nomer 7 sudah berpulang kepangkuan Tuhan."

Aku tersentak kaget, bagaimana bisa? Baru saja aku bermain dengannya, baru saja aku menghiburnya untuk tetap tersenyum. Baru saja akuㅡargh sudahlah.

"Apa? Kau tidak sedang bergurau, 'kan?"

"Tentu saja tidak, baru saja kami membawanya ke kamar jenazah."

Aku menghela napas pelan.

"Aku akan kesana!"

Tanpa menunggu jawaban dari Perawat Seo, aku memutuskan untuk berjalan menuju tempat yang dimaksud olehnya. Dengan sedikit gusar, aku kembali mengacak rambutku.

"Tuhan, maafkan aku yang tak bisa mempertahankannya, aku merasa gagal menjadi seorang dokter." Batinku terasa perih.

Bagaimana tidak? Jeong Ahn adalah pasienku sejak ia lahir kedunia. Usianya kini menginjak 6 tahun sama seperti putri kecilku. Aku sudah menganggapnya seperti anakku sendiri, bahkan jauh dan tak dapat kulukiskan. Dia pasien kesayanganku, anak kecil yang tegar dalam menghadapi apapun. Penyakit langka yang dideritanya sejak lahir membuat ia tak dapat berjalan seperti anak seusianya. Aku bersyukur, Park Haeun tidak mengalami nasib yang sama.

Airmataku tak dapat kubendung, buliran liquid asin seolah berlomba-lomba untuk keluar, saat kulihat jasad kecil itu tersenyum dengan damai.

"Semoga kau bahagia disana, Jeong-iie. Dokter mencintaimu."

THE SCHISM• | Seulmin [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang