10 ㅡ Shocked

2.7K 293 18
                                    

Angin menghempas seluruh debu di jalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin menghempas seluruh debu di jalanan. Bak pasir dilautan yang banyak dan tak terhitung, rasa rindu yang mencekam itu seolah sirna hanya karena keegoisan masing-masing. Baik Jimin maupun Seulgi, keduanya memilih untuk sama-sama bungkam. Tak ada yang memulai pembicaraan hingga detik ini. Detik ketika Jimin dan Seulgi sampai di bandara Incheon.

Jimin membenarkan mantelnya. Cuaca dingin kini tengah menyelimuti udara di Seoul mengingat bulan ini adalah tepat dimana musim mengalami transformasi. Jimin melirik ke seluruh arah, semua orang terlihat memakai mantel dan baju musim dingin mereka. Jimin melirik ke arah sampingnya. Dilihatnya Seugi tengah mengusap-usap tangannya. Jimin tahu wanitanya tengah kedinginan. Seketika rasa gugup itu muncul kembali. Terasa asing memang, jika mengingat pertengkaran konyol yang tengah mereka alami. Semuanya terasa cepat, secepat angin yang meluluh lantahkan seluruh permukaan bumi.

Jujur, jauh di lubuk hati Jimin yang paling dalam. Ia ingin memeluk sosok mungil di sampingnya. Ia ingin sekali mencium, mengecup dan mencumbu wanita yang kini bersamanya. Entahlah, seiring berjalannya waktu, semua itu begitu asing.

"Pakailah ... "

Jimin tidak ingin menjadi pecundang yang bersembunyi di balik rasa takutnya. Dengan berani, ia melepas mantelnya yang hanya menyisakan kaos tipis berwarna putih.

"Ya?"

"Aku tahu kau sangat alergi pada cuaca dingin."

Seulgi hanya diam. Bukan Seulgi tak ingin, hanya saja ia terlalu terkejut akan sikap Jimin yang tiba-tiba berubah.

"Kenapa kau diam?"

Tanpa aba-aba, Jimin memakaikan mantel tebalnya ketubuh Seulgi. Mendapat perlakuan seperti itu, Seulgi hanya bisa berkata dalam hati bahwa ia sangat berterima kasih pada Jimin.

Setelah menunggu beberapa menit, tibalah mereka di rumah sakit besar.

Rumah sakit besar ini adalah sebuah kenangan bagi Seulgi, karena ditempat inilah ia menimba ilmu dan menyalurkan semua aspirasinya untuk kesehatan masyarakat.

"Kita mau kemana?" Tanya wanita itu.

Jimin tidak mengindahkan perkataan Seulgi. Pria itu terus berjalan di depan Seulgi. Hingga tibalah mereka di sebuah kamar inap bernomer 171. Ruang tersebut berada di tengah-tengah gedung rumah sakit, Seulgi tahu hanya orang-orang berpenyakit serius lah yang di rawat di koridor ini.

Tanpa diinterupsi, Seulgi menerobos masuk kedalam ruangan. Dilihatnya dua orang wanita dan seorang gadis yang tengah menutup matanya. Gadis itu dibantu oleh berbagai peralatan medis yang menempel di tubuhnya, hanya untuk sekedar bernapas.

Seulgi tak dapat menutup mulutnya. Seketika lututnya lemah, tubuhnya ambruk melihat sang buah hati yang terbaring di ranjang rumah sakit.

Gemuruh tepuk tangah seketika terdengar mengejutkan Kang Seulgi.

THE SCHISM• | Seulmin [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang