PROLOGUE

7.2K 596 8
                                    

Pria dengan jas hitam melangkah menuju rumah yang tidak terlalu jauh dari pusat kota Seoul, Korea Selatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria dengan jas hitam melangkah menuju rumah yang tidak terlalu jauh dari pusat kota Seoul, Korea Selatan. Tubuhnya sangat lelah, bagaimana tidak? Ia harus menyelesaikan puluhan berkas dan menyetujui planning perusahaan yang dipimpinnya.

Pria itu bergegas menuju kamarnya dilantai dua. Belum sempat sampai, matanya menangkap sosok wanita yang telah menjadi istrinya selama tujuh tahun ini. Waktu yang tidak singkat untuk mereka menjalin sebuah hubungan yang didasari atas nama cinta. Semua berjalan seperti apa yang ia inginkan, keduanya harmonis dan saling mencintai.

"Hei, kau belum tidur?"

Pria yang diketahui bernama Park Jimin itu berdecak heran saat dilihatnya sang Istri masih sibuk dengan tumpukan map cokelat dan berkutik didepan laptop. Rasa lelahnya seketika sirna begitu ia lihat senyum mengembang dari sudut bibir seorang wanita yang amat ia cintai.

"Kau sudah pulang?" tanya wanita itu seraya menghampiri Jimin dan mengecup bibirnya singkat.

"Jika kau lelah, kau duluan saja. Aku masih banyak urusan," lanjut wanita itu seraya kembali duduk di tempatnya.

Jimin sebagai suami sah dari wanita itu, hanya menggeleng pelan melihat kesungguhan istrinya dalam bekerja. Jimin ikut terduduk disampingnya yang tetap fokus kelayar laptop.

"Kenapa kau belum tidur? sebaiknya istirahat saja, Sayang. Bukankah besok harus kembali bekerja? Pasienmu pasti menunggu," ucap Jimin. Pria itu seperti enggan untuk melangkah tanpa sang Istri.

"Astaga, Jim! kau baru pulang selarut ini? kukira ini masih sore."

Kang Seulgi, wanita yang berstatus sebagai istri sah dari pemimpin perusahaan ternama di Korea Selatan itu terkejut saat dilihatnya jam dinding mengarah pada angka dua dini hari. Sementara Jimin, pria itu hanya terkekeh pelan melihat tingkah lucu istrinya.

"Kau terlalu sibuk memikirkan pasienmu sehingga kau lupa dengan jadwal kepulanganku."

Seulgi tersenyum tipis lalu bergelayut manja di tangan kekar Jimin.

"Maaf, sebenarnya aku tidak sungguh-sungguh mengurus semua data di laptopku. Aku sengaja menunggu kepulanganmu malam ini."

"Mmm, aku tidak pernah menyuruhmu untuk menungguku, Sayang. Jika aku belum pulang, tidurlah terlebih dahulu."

"Jim, sebenarnya ada hal yang ingin kutanyakan padamu."

Kali ini Seulgi tampak serius dengan ucapannya. Dibereskannya tumpukan itu lalu diakhiri dengan menutup laptopnya. Wajah Seulgi sudah terfokus menatap Jimin.

"Tanyakan saja," ucap Jimin seraya mengecup gemas pipi istrinya.

"Sebelumnya aku minta maaf, Jim." Jimin dibuat heran oleh Seulgi. Ada apa sebenarnya dengan istrinya itu?

"Memangnya kenapa, Sayang?" ucap Jimin dengan lembut. Pria itu mengusap rambut hitam milik Seulgi.

"J-jim, sebenarnya ... aku takut untuk menanyakan ini."

"Katakan saja, aku tidak apa."

Seulgi menghirup oksigen sebanyak mungkin, kemudian secara perlahan melepaskannya kembali.

"J-jim ada seorang wanita yang mengirimiku beberapa pesan gambar."

"Lalu? Apa dia menerormu?"

"Tidak, didalam gambar itu terlihat wanita dan pria tengah berhubungan intim. Yang membuatku terkejut, pria yang ada digambar tersebut sangat mirip dengan mu."

Mendengar penuturan Seulgi, Jimin terdiam beberapa saat.

"Apa kau berspekulasi bahwa itu aku?" tanya Jimin, wajahnya mulai murung dan tidak bersahabat.

"B-bukan, maksudku bukan begitu, Jim."

"Lalu, apa kau ingin meminta pendapatku atau bagaimana?"

" ... dan beberapa jam kemudian sebuah nomor menghubungiku. Aku tidak mengenali nomor ini, tapi bisa kudengar diseberang sana adalah suara wanita yang sedang menangis. Ia berkata bahwa pria bernama Jimin telah menghamilinya. Aku benar-benar terkejut saat wanita itu mengatakan bahwa usia kandungannya berjalan dua minggu," ucap Seulgi dengan pandangan yang kosong.

"Apakah kau menuduhku melakukan hal itu? Oh Tuhan, Seul. Aku tidak punya banyak waktu untuk sekedar berjalan dengan wanita lain, apalagi menghamilinya."

Seulgi mulai bimbang, ia tahu suaminya pasti akan sakit hati mendengar berita ini. Meski Seulgi tidak begitu yakin, namun Seulgi berhak bertanya pada Jimin sebagai suaminya.

"Aku tidak menuduhmu, Jim. Aku hanya bertanya untuk memastikan," ucap Seulgi, kepala wanita itu sudah tertunduk beberapa detik yang lalu.

"Sejak kapan wanita itu menghubungimu?"

"Dua minggu yang lalu, bahkan sampai saat ini ia selalu menghubungiku untuk sekedar bertanya tentang kabarmu."

"Astaga, siapa wanita itu?" ucap Jimin seraya mengerang kesal.

Seulgi hanya terdiam. Ia tak tahu harus berbuat apa. Wanita itu hanya menunduk dan menunduk.

"Sudahlah, lebih baik kita istirahat," ucap Jimin melenggang masuk mendahului Seulgi, pria itu terlanjur kecewa dengan penuturan sang Istri. Apakah itu pertanda bahwa kepercayaan Seulgi mulai luntur padanya?

"Jim ... "

Jimin hanya berdehem menanggapi panggilan istrinya tanpa mau menoleh pada wanita itu.

" ... maaf jika perkataanku melukai hatimu," ucap Seulgi terdengar tulus.

"Tidak apa, knapa aku harus sakit hati? bukankah aku tidak melakukannya."

Seulgi hanya terdiam, inilah yang ia khawatirkan. Tujuh tahun bersama Jimin membuatnya mengerti watak Jimin yang cukup keras dan berpendirian tinggi. Ia takut Jimin akan salah paham dengan kejadian ini.

Seulgi menghembuskan napas lelah, ia turut bangkit dari tempatnya. Sepasang suami istri itu memasuki kamar yang sama tanpa melakukan obrolan hangat seperti malam-malam biasanya. [,]

REVISI, Bandung 02 Juni 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

REVISI, Bandung 02 Juni 2020

Thanksyou Everyone
Lets love our couple, SeulMin mochi❤
Jangan lupa Vote & Komennya. <3👻

THE SCHISM• | Seulmin [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang