Disebuah taman bermain di Selatan Kota Daegu, keluarga kecil tampak bahagia menjajakan berbagai makanan di atas karpet yang menghampar indah. Sesekali celotehan terdengar lucu dari bayi kecil yang sedang duduk diatasnya. Beberapa pasang mata melihat mereka dengan senyuman iri mengingat betapa harmonisnya keluarga kecil itu.
"Jisung, kenapa kau memakan makanan ini? Astaga Jim, kenapa kau membiarkan anakmu memakan bawang merah mentah?" pekik seorang wanita saat dirinya melihat Jisung tersenyum lebar menampakkan gigi susunya yang sedikit tumbuh.
"Biarkan dia belajar, Seul." Ujar pria yang disebut Jimin itu.
"Ya Tuhan ... bagaimana bisa kau memberinya bawang merah mentah seperti itu. Itu tidak baik untuk pencernaannya, Jimin. Ingatlah, putra kita baru saja berusia satu tahun," ucap Seulgi seraya mengapit tubuh mungil Jisung diantara kedua tangannya.
"B-la bh-aa Ph-a-pa!" racau Jisung, bayi yang baru berumur satu tahun itu.
"Tunggu ... apakau memanggil papa?" tanya Jimin sangat antusias saat Jisung meracau namanya.
"A-aa, kenapa kau tidak memanggil mama?" ucap Seulgi seraya mengecup puncak kepala bayi mungil itu.
"Dia lebih menyukaiku, Seul."
"Eh, memangnya kau siapa? Aku yang setiap hari bersamanya," ucap Seulgi dengan wajah yang ditekuk lucu.
"Ummm, baiklah ... kau mulai membandingkan kebersamaan kita rupanya." Jimin terkekeh.
"Lupakan saja, aku hanya bergurau, Jimin baby."
Jimin tertawa nyaring saat dirinya melihat ekspresi Seulgi yang menurutnya sangat manis.
"Jadi kapan kita akan pergi ke Seoul?" pria itu membuka topik baru.
"Bagaimana kalau besok?"
"Kau benar, lebih cepat lebih baik. Lagi pula, ibuku ingin sekali melihat putra kita. Aku yakin dia sangat senang."
"Kau benar, besok kita berangkat!" seru Seulgi mengajak Jisung untuk ikut bersorak.
"Jisung-ie, kita akan bertemu nenek!" serunya mengangkat tubuh Jisung ke udara. Sementara bayi kecil itu, hanya bisa tertawa saat tubuhnya diangkat oleh sang ibu.
***
Senin pagi di kediaman keluarga Park, beberapa keributan kecil tengah terjadi. Suara bayi tak luput dari gendang telinga mereka. Suara dentuman besi yang bertabrakan dengan kompor dapur, turut meramaikan suasana pagi dirumah besar itu. Mereka sama-sama sibuk untuk bersiap menuju Seoul, tempat dimana orang tua Jimin berada.
"Sayang, bisa kau lihat Jisung? susunya ada di atas meja!" pekik Seulgi, wanita itu sedang bertarung dengan beberapa alat dapur dan bahan makanan yang akan ia buat untuk bekal perjalanan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SCHISM• | Seulmin [COMPLETE]
Romance"Ketika cinta datang untuk waktu yang lama, saat itu pula kepercayaan yang selalu menggelayut mulai luntur seiring dengan arah jarum jam yang berdenting terus menerus." Published on Mei, 12th 2017 Revisi on Juni, 2th 2020 Revisi meliputi perbaikan t...