16 ㅡ Love Triangle

2.4K 246 10
                                    

Sinar matahari mulai meninggi, burung-burung yang biasa berkicau mulai meninggalkan sarangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari mulai meninggi, burung-burung yang biasa berkicau mulai meninggalkan sarangnya. Beberapa pekerja sudah bersiap untuk pergi mencari penghidupan.

Begitupun dengan Park Jimin, pria dengan rambut hitam itu mulai mempersiapkan peralatan kerjanya, meski dirinya baru saja dirundung duka, tentu hal itu tidak menjadi alasan untuk Jimin membolos dari tanggung jawabnya sebagai pimpinan perusahaan.

Jimin melirik ke arah ranjang dimana istrinya terlelap nyenyak. Jimin tidak tega untuk membangunkan Seulgi mengingat istrinya itu baru saja berhenti dari tangisan-tangisan pilu akibat kepergian buah hati mereka.

Terakhir Jimin menyampirkan dasinya lalu menyisir rambutnya dengan tangan. Perlahan, Jimin menghampiri sosok wanita yang masih terlelap dengan nyaman. Pria itu sedikit menyingkap selimut yang menutupi tubuh Seulgi.

"Aku pergi dulu, Sayang. Jaga dirimu," ucap Jimin seraya mengusap lalu mengecup kening sang Istri.

"J-jimin." Seulgi bergumam lalu memegang tangan Jimin yang masih mengusapnya dengan lembut.

"Kenapa sayang? Apa kau menginginkan sesuatu?" tanya Jimin lalu mengecup tangan Seulgi.

"Jangan tinggalkan aku," ucap Seulgi dengan suara serak. Jimin tersenyum lalu mengecup kening Seulgi dengan lembut. "Aku tidak akan meninggalkanmu, Sayang."

Seulgi merubah posisinya menjadi terduduk. Dengan erat ia memeluk pinggang Jimin dan menangis di dada bidang itu.

"Maafkan aku, Jim. Aku tidak berhasil menolong putri kita," lirih Seulgi di sela tangisannya.

"Tidak apa, kau tak perlu memikirkan itu. Semuanya sudah berlalu."

"Aku menyesal," ucap Seulgi, tangannya semakin erat memeluk Jimin. Sungguh ia takut melihat Jimin, ia takut Jimin berubah seperti ibu mertuanya. Seulgi terlalu takut jika tiba-tiba Jimin menuntutnya.

"Jangan memikirkan itu, beristirahatlah dengan tenang. Kau harus kembali bangkit. Kau seorang dokter yang kuat," ucap Jimin yang kemudian diamini oleh Seulgi.

Jimin melepas pelukannya lalu menatap mata kucing itu dengan lamat. Perlahan namun pasti, Jimin mendekatkan wajahnya pada Seulgi. Pria itu melumat bibi manis Seulgi dengan penuh cinta. Keduanya menikmati morning kiss yang memabukkan. Jimin tersenyum hingga kedua bola matanya menghilang sempurna.

"Cup!"

Terakhir, Jimin mengecup bibir menggoda itu, lalu kembali tersenyum. Senyuman kali ini diselingi dengan tawa yang bahagia. "Kau lucu, Dokter." Jimin berucap dengan tawa yang masih terdengar.

"Kau meledekku, Presdir?" balas Seulgi dengan tatapan yang siapapun akan terhanyut olehnya.

"Astaga, kau begitu menggemaskan istriku," ungkap Jimin yang di balas oleh anggukan lucu dari Seulgi.

"Nah, sekarang pergilah. Kuyakin karyawanmu sedang menunggu kedatangan presdir tampan ini."

Jimin beranjak lalu menutup pintu dengan perlahan. Jimin menghela napas lega, istrinya telah kembali. Cintanya yang sempat merenggang, kini kembali menghangat dan menyejukan hati. Jimin sangat bersyukur akan hal itu.

THE SCHISM• | Seulmin [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang