21

75 9 2
                                    

Selamat hari raya kemerdekaan!:)

So, this is the last part of this storyyy. but ofcourse bakal ada kejutan setelah ini. so, stay tune and don't forget to votes and comments.

Play the music sambil baca okeeei!

Aku memikirkan tawa yang akhirnya muncul lagi di wajah Kathryn setelah beberapa hari ini. Niall bisa membuatnya bahagia.

Lalu, kenapa aku sok heroik demi One Direction dan malah menyakiti Kathryn?

Seandainya saja, aku tidak mengganggu hubungannya dengan Niall. Pasti mereka masih bahagia sampai sekarang.

Aku melihat ke sekeliling kamar.

Kathryn belum masuk kamar. Sepertinya, dia masih bersama yang lain di bawah.

Aku membuka lemari baju. Aku melihat beberapa baju Kathryn yang digantungnya. Aku menelusurkan jariku di kain tersebut. Aku sangat merindukannya.

Dan ini membuatku sulit.

Apa yang bisa aku lakukan?

Aku membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa botol wine.

Aku duduk di lantai dan menyandarkan badanku ke dinding.

Aku meneguk sebotol, dua botol,...

hingga aku tidak tahu lagi ini botol ke berapa.

Yang aku tahu adalah Kathryn muncul dari balik pintu.

Aku ingin tersenyum namun aku takut air mata akan jatuh dari kedua pelupuk mataku.

"Harry, kalau kau mau minum tiap malam. Aku akan minta Louis biarkan aku tidur di kamar lain." dia bersuara. Namun, lagi-lagi tanpa melihatku. Apa sesulit itu Kath?

Aku memandang kosong ke lantai.

"Kau kira hanya kau yang sakit?" Aku tidak tahu kenapa aku bisa bicara begini. Apa karena pengaruh alkohol?

"Aku juga sakit." Aku menoleh memandangi punggung Kathryn yang tidak bergerak seincipun.

"Aku ingin mengatakan semuanya padamu." Aku mengacak-acak rambutku.

"Tapi..." Aku mengepalkan tanganku.

"Aku tahu... bahwa hubungan kita tidak akan membaik bahkan jika aku beri tahu kau."

Kumohon Kath. Berbaliklah.

"Ini hanya akan tetap memburuk."

"Apapun yang aku lakukan. Ini tidak akan membaik. Apapun itu"

Aku melempar botol wine yang sedari tadi kugenggam.

Baiklah, jika ini maumu Kath.

Mari kita lihat apa yang akan terjadi.

*

Saat ini, kami berada di tengah kota. Kami duduk berdampingan di atas bangku. Namun, yang terasa sangat aneh adalah besarnya jarak diantara kami.

Aku menoleh ke arah Kathryn. Aku menghela napas lalu menggeser badanku ke arahnya. Sekarang, kami duduk berdampingan hingga-hingga bahu kami bersentuhan.

Aku tengah menyusun kalimat saat Kathryn bicara.

Dia bertanya padaku tentang apa yang ingin aku bicarakan.

Aku memandangnya, "Things that you really want to hear".

Untuk sesaat sorot mata Kathryn berubah. Aku sendiri tidak tahu apa arti dari sorot matanya tersebut. Lalu dia tersedak. Aku menepuk bahunya berusaha membantunya. Dia memegang tanganku dan bilang bahwa dia baik-baik saja.

Aku mengangguk dan menarik tanganku setelah aku sadar bahwa hal yang diinginkannya saat ini adalah aku menjauh darinya.

"Let's start" Dia bicara.

"Everything is real until..." Aku memulai dan aku akui bahwa ini sangat berat. Aku berhenti bicara. Mungkin lebih baik jika aku tidak memberitahu Kathryn. Kami masih bisa...

"Until?" Kathryn melihat ke arahku. Menunggu kata selanjutnya.

"Aku hanya berusaha menyelamatkan 1D karena ibumu terus mengancam kami"

"She is not my mom."

"Tidak ada yang tahu ini sejak awal. Hanya aku dan Louis" Aku tidak mengerti kenapa aku harus bicara tentang fakta ini.

"Bohong."

"Kathryn" Aku memanggilnya. Aku senang bahwa aku masih bisa memanggil nama indahnya.

"Aku melihat semuanya. Aku melihat kalian membicarakan tentang arahan dan sejenisnya. Aku melihatnya!" Dia meninggikan nada bicaranya.

"Tidak. Zayn, Liam, dan Niall---" kalimatku terpotong.

Dan pada akhirnya aku tahu bahwa aku hanya ingin meringankan beban Kathryn. Aku bisa saja memutarbalikkan fakta. Tapi, aku harap Kathryn masih bisa bersinar dengan mengetahui bahwa Niall tidak ikut campur mengenai hal ini.

"Mereka baru tau akhir-akhir ini." lanjutku.

"Aku setuju untuk membuatmu menjadi pacarku" aku bicara lagi.

Kathryn nampak marah. Ya, dia memang pantas untuk marah.

"lalu memutuskanmu. Membuatmu jauh dari kami untuk bersama dia" Aku melanjutkan.

Aku terkejut saat melihat air mata mengalir di pipi Kathryn.

"Why?" Suaranya bergetar.

"Karena aku tidak mau dia melaporkan kami ke pihak berwajib atas tuduhan-tuduhan yang tidak benar adanya" Aku tidak percaya bahwa aku benar-benar mengatakan hal sejujurnya.

"So, why?! Kenapa kau tidak memberitahuku?" Kathryn benar-benar marah sekarang.

Aku baru saja akan bicara saat dia berteriak ke arahku, "Kau bisa memberi tahuku. Tell me! Aku pasti akan mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini."

Aku ingin memeluknya---menenangkannya. Namun, aku hanya berakhir melihatnya.

"Congratulation, you are success. Kau berhasil membuatku bahagia lalu sakit di akhirnya! Kau berhasil membuatku berada di penderitaan yang tidak akan bisa aku lupakan seumur hidupku! Kau..."

Aku terdiam. Dalam pikiranku, aku sudah memeluknya---menenangkannya. Tapi, kenyataan bahwa akulah penyebab dia menangis membuat aku tidak bisa bergerak sedikitpun.

"Kau berhasil membuatku jatuh untukmu." lanjutnya.

"good job Harry. Camilla pasti bangga padamu." dia menyeka air matanya. Dia berjalan menjauhiku.

Aku ingin memanggil namanya. Aku ingin mengejarnya. Namun, aku merasa tidak pantas. Aku hanya bisa memperhatikan Kathryn yang menghilang sedikit demi sedikit dari pandanganku.

Lebih baik begini untuk kita, Kath.

Lebih baik kita memang berakhir disini.

Lebih baik begini.

*

Aku menghabiskan malamku di bangku taman ini.

Aku memutar-mutar ponselku. Aku sudah menerima puluhan pesan dari member 1D lainnya begitupula dengan panggilan. Mereka bertanya apa yang terjadi, aku dimana, mengapa aku begitu jahat membiarkan Kathryn pulang sendiri hingga memberitahukan bahwa pagi ini Kathryn akan pergi kembali ke rumahnya.

Aku berjalan kembali menuju rumah Louis.

Aku melihat dari kejauhan, Kathryn memasuki taksi.

Kau belum pergi rupanya.

Aku ingin melangkahkan kakiku berlari menuju arahmu, Kath. Tapi kalau aku benar-benar melakukan hal itu berarti aku sangat egois, bukan?

Aku hanya akan mengantarmu dari sini.

Empat pria itu melambaikan tangannya ke arah taksi lalu taksi itu melaju begitu saja.

Aku menaikkan tangan kananku lalu mengayunkannya,

"Good bye. Kathryn"

Beside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang