15

95 13 5
                                    

"Niall..." aku bergumam.

Niall melihat ke mataku.

"Ini konyol..." aku melihat Niall yang tengah menyalakan beberapa lilin diantara diriku dengannya. Saat ini kami tengah berada di koridor ruangan. Aku duduk bersila begitupun dengan Niall.

Setelah Niall berhasil menyalakan lilin terakhir dari ke empat lilin tersebut. Dia mengambil tanganku yang kusembunyikan dibawah sweater tebalku. Dia menadahkannya diatas lilin yang tetap berusaha mempertahankan kehidupannya tersebut. Dia juga menadahkan tangannya.

"Bagaimana? Hangat bukan?" Niall berusaha menyembunyikan gigilannya.

Aku tertawa, mulai ikut dalam sandiwara ini.

"Ya, sangat hangat"

"Apa kau senang miss?"

"Hmmmm. Yes, sir"

"Apa kau senang sir?" aku balik bertanya.

"Asal bisa melihatmu tertawa, aku sudah puas miss" Niall menjawab yakin. Aku hanya tersenyum.

"Kau bisa main ice skating kan?" Niall bertanya tiba-tiba. Aku mengangguk ragu, "I used to"

"Why?" tanyaku balik. Niall nampak kaget, "Kau tidak tahu besok akan ada party disini?"

"What?!!" aku memastikan bahwa aku tidak salah dengar.

"Besok akan ada pesta ulangtahun Louis. Karena ini musim salju maka besok akan ada semacam ice rink di ruang utama. Untuk sepatunya akan disewakan secara gratis." Niall menjelaskan.

Aku mendengus kesal, "Harry tidak bilang apa-apa padaku"

Ew dasar keriting.

*

Aku terbangun karena sinar matahari yang memasuki ruangan ini. Seseorang membuka tirainya. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dan mendapati Harry yang tengah memandang ke arah luar jendela.

"Maumu apasih?" nada bicaraku masih tidak jelas.

Harry menoleh ke arahku, "Bereskan dulu wajahmu"

Aku segera menengok ke kaca besar disamping kasur. Aku merapikan rambutku dan mengusap-usap wajahku, "I am done. Kenapa kau mengganggu tidurku?"

Harry menunjuk ke arah lantai--lebih tepatnya ke atas koperku. Aku melihat box berwarna putih. Aku turun dari kasur dan segera melihat box tersebut. Aku baru saja akan membukanya saat Harry berjalan melewatiku.

"Kalau mau selingkuh, jangan didepan kamar pacarmu. Dasar bodoh"

Itu kalimat terakhirnya.[]

*

Aku berjalan menuruni tangga sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku. Cuaca teramat dingin.

Aku baru saja akan ikut bergabung saat mendengar suara teriakan-teriakan pertengkaran dari ruang tengah. Aku mengintip.

"So?" Zayn bertanya sambil menyalakan korek api untuk rokoknya. Well--mungkin karena cuaca yang terlalu dingin.

"She's coming tonight" Liam masih sibuk dengan PSnya.

"Dan semuanya selesai? Begitu?" Niall menoleh ke arah Louis.

Louis mengangguk, "Yep. She's coming back. Dan aku tidak tahu apa akan ada arahan selanjutnya"

Aku tercengang. Apa maksud semua ini... Dadaku terasa sesak. Aku kembali mengintip--memperhatikan Harry yang sedaritadi hanya duduk diam mengamati.

"Tapi yang jelas, sepertinya arahan terakhirnya adalah kau tetap menjalani hubunganmu Bro" Zayn menepuk bahu Harry sambil tersenyum.

Harry hanya diam.

Beside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang