19

72 12 5
                                    

Play the music!!:) tapi kalo ga kuat korea, you don't have to.

Aku menghela napasku, "What do you want to say?"

Harry memandangku, "Things that you really want to hear"

Aku tersedak. Harry menepuk bahuku---berusaha membuatku baikan. Aku memegang tangannya, "It's okay. I'm okay"

Harry mengangguk lalu menarik tangannya.

"Let's start" aku memberi aba-aba.

"Everything is real until..." Harry memulai.

"Until?" aku memandang Harry. Dia menghindari tatapanku.

"Aku hanya berusaha menyelamatkan 1D karena ibumu terus mengancam kami"

"She is not my mom." aku memberi penekanan di tiap kata.

"Tidak ada yang tahu ini sejak awal. Hanya aku dan Louis"

"Bohong." Aku menatap mata Harry tajam.

Jelas-jelas aku melihat mereka berlima membicarakan hal ini sebelumnya.

"Kathryn" Harry bicara.

"Aku melihat semuanya. Aku melihat kalian membicarakan tentang arahan dan sejenisnya. Aku melihatnya!" Aku setengah berteriak.

"Tidak. Zayn, Liam, dan Niall---"

Suara Harry bergetar saat menyebutkan nama Niall seolah dia ragu untuk memasukkan nama Niall atau tidak.

"Mereka baru tau akhir-akhir ini." lanjut Harry.

Aku ragu namun juga bahagia. Aku bersyukur bahwa setidaknya ini tidak seburuk yang aku pikirkan. I mean, at least im not the only stupid person here.

"Aku setuju untuk membuatmu menjadi pacarku"

Aku menoleh tidak percaya. Bahkan hubungan palsu ini tidak berasal dari hatinya? What a jerk.

"lalu memutuskanmu. Membuatmu jauh dari kami untuk bersama dia" Harry melanjutkan. Aku mengepalkan kedua tanganku---aku marah. Benar-benar marah sampai air mata lah keluar dari mataku.

"Why?" aku bersuara. Suaraku bergetar.

Harry masih menghindari tatapanku, "Karena aku tidak mau dia melaporkan kami ke pihak berwajib atas tuduhan-tuduhan yang tidak benar adanya"

"So, why?! Kenapa kau tidak memberitahuku?" suaraku mulai meninggi.

Harry baru saja akan bicara saat aku memotongnya, "Kau bisa memberi tahuku. Tell me! Aku pasti akan mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini."

Aku menangis. Aku berdiri di hadapan Harry. Dia melihat ke arahku.

Mata kami berdua bertemu.

"Congratulation, you are success. Kau berhasil membuatku bahagia lalu sakit di akhirnya! Kau berhasil membuatku berada di penderitaan yang tidak akan bisa aku lupakan seumur hidupku! Kau..." aku benar-benar terisak sekarang.

Harry hanya diam.

"Kau berhasil membuatku jatuh untukmu." lanjutku.

Aku menarik napas panjang, "good job Harry. Camilla pasti bangga padamu."

Aku menghapus air mata yang memenuhi pipiku. Aku berjalan menjauhi Harry. Aku ingin berlari namun seolah aku sudah tidak punya energi. Aku lemas.

Keramaian kota sangat membuatku depresi. Banyak orang yang tertawa tapi kenapa... kenapa aku masih meratapi nasibku yang menyedihkan. Sejak kecil.

Beside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang