16

63 12 0
                                    

"Sorry, Kathryn"

Aku  tiba-tiba merasa pusing. 

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali berusaha  tetap sadar. 

Aku ingin marah. Tapi yang keluar adalah air mata.

"Kathryn? Lama tidak bertemu, sayang?" Seseorang bicara dengan microphone.

Aku berusaha mencari sumber suara tersebut.

"Ibu disini Kath, di atas panggung utama" 

Aku  melihat ke arah atas dan menemukan wanita tua tanpa prikemanusiaan  tersebut berdiri dengan anggunnya. Dia bahkan menggunakan dress yang  senada warnanya denganku.

What the hell is going on?

Aku marah. 

Aku menatapnya tajam. Untuk apa dia berdiri disana. Haha.

"Baiklah,  saya akan melanjutkan ucapan ulang tahun saya ke Louis Tomlinson. Tapi  alangkah baiknya jika putri saya yang lebih dahulu menyampaikan  ucapannya" 

Aku marah. 

Benar-benar marah sampai kakiku bergetar karenanya. 

Aku melihat ke arah Harry yang memalingkan wajahnya dariku.

Apa yang kau mau Camilla?

Aku  berjalan dengan pasti ke pintu keluar ski rink

Media terkejut dan  mulai bertanya-tanya ke arah ibuku. 

Apakah benar aku putri satu-satunya  beliau. Dan apa dia tahu bahwa aku saat ini menjalin hubungan dengan  penyanyi papan atas. I think she got what she wants.

Aku keluar dari ski rink dan mendapati sorotan kamera dan lontaran pernyataan di hadapanku.

Aku melihat ke arah sudut atas---ke matanya. 

"Aku tidak akan menjawab pertanyaan apapun selain mengenai ulang tahun Louis" aku tersenyum lalu melirik Louis. Bahkan sekarang aku bisa merasakan kecanggungan diantara kami. 

Aku berjalan menerobos media---menuju panggung atas. 

Aku menyampaikan ucapan ulang tahunku dengan singkat.

Begini  rasanya selalu menjadi orang yang didahulukan disetiap pesta. Apa yang indah dari ini Mom?

Kami  mengakhirinya dengan saling bergandengan tangan dan menepi di salah satu sudut bar.

"Apa kau mau minum?" Tanya Camilla.

Aku mengangguk tanpa melihat matanya. 

Bartender tersebut mengeluarkan satu botol wine lalu menuangkannya ke dua gelas dihadapannya. Aku langsung mengambil gelas tersebut dan meneguknya dengan satu tegukan.

"Apa kau mau melakukan one shot?" Tanya Camilla tersenyum.

"Aku tetap tidak mau menerima tawaranmu" aku menuang lagi ke gelasku.

"Kenapa?" Tanya camilla lagi. Membuatku muak.

"Aku..." aku meminum isi gelas tersebut cepat.

"Tidak mau jadi monster seperti dirimu" lanjutku setengah berteriak.

Camilla menuang lagi ke gelasnya.

"Aku  tegaskan sekali lagi. Aku tidak mau jadi model menggantikanmu. Aku  tidak mau bermain film, aku tidak mau berada di hadapan kamera." Aku  benar-benar marah saat ini.

Beside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang