06

985 96 13
                                    

Aku menghempaskan badanku disofa disamping Zayn—saat ini kami semua sedang menonton film bersama. Aku melengos saat melihat Harry yang ikut bergabung—dia duduk dilantai karena tentunya sofa tidak cukup untuk menampung orang sebanyak kami.

Harry mengerdipkan matanya ke arahku membuat aku menendang kepalanya dengan mudah dari atas sofa. Dia meringis kesakitan dan semua pandangan tertuju ke arah kami.

“Apa yang kau lakukan, bodoh” Harry berteriak ke arahku sambil mengelus-elus kepalanya. Aku menjulurkan lidahku—meremehkannya, Harry meloncat ke arahku dan memelukku seolah-olah dia akan menggigitku.

“HARRY HENTIKAN HAHAHA” Baiklah, sekarang aku tidak bisa bernafas karena Harry yang terus-terusan menggelitik perutku.

“HARRY STOP HAHAHAHAHA” Aku terus-terusan berteriak agar minta diampuni namun Harry tidak mau mendengarkanku. Semua pandangan tertuju pada kami berdua—Niall memandang dengan tatapan tidak suka lagi. Aku suka kalau Niall terlihat jealous dia nampak lucu.

Oh shit, kalau kalian mau pacaran jangan disini” Zayn berujar setengah bergumam.

Harry menghentikkan gelitikannya dan itu membuatku sedikit lebih lega karena bisa bernapas normal kembali. Harry menjitak kepala Zayn, “Baiklah kalau begitu kami akan pindah”

“Apa?” Ujarku spontan.

Harry berbisik ke telingaku, “Temani aku ke sevel”

“Apa itu sevel?” tanyaku spontan.

“Dasar tolol” Harry berujar lagi sambil menarik paksa lenganku. Selalu mengatakanku tolol padahal dia sendiri lebih tolol dari aku. Ha.  Aku melepaskan lengannya—aku tidak akan mau ikut dengannya kemanapun itu entah sevel atau apalah itu.

“Aku tidak ikut” ujarku berbisik karena Liam sudah menatap kami dengan tatapan diam-atau-aku-bunuh-kau.

“Kau tidak ikut? Yakin?” ujar Harry sambil mengepalkan kedua tangannya seolah mengancamku.

Okay, okay. Untuk kali ini dia menang namun lain kali? Jangan harap aku mau ikut dengannya.

*

“Aku tidak percaya kau mengajakku nongkrong ditempat seperti ini” ujarku sambil menatap Harry yang sepertinya sangat menikmati slurpeenya tersebut.

Harry menaikkan bahunya, “Senang membuatmu jauh dari Niall untuk beberapa saat”

Aku berdiri spontan, “JADI KAU MENJEBAKKU?”

“Kau kira aku benar-benar mengajakmu untuk menemaniku tanpa maksud lain?” Harry berkata dengan tatapan liciknya itu lagi. Aku memutar lensa mataku kesal lalu kembali duduk, baiklah apapun yang terjadi kami sudah terlanjur ada disini.

Aku mendengus kesal—Harry hanya tertawa melihatku.

“Kau tidak menikmati pemandangan ini?” tanya Harry sambil mengaduk-aduk slurpeenya tersebut.

Aku hanya diam, memilih untuk tidak menjawab.

“Kita bisa melihat keramaian dari sini” Harry melanjutkan kalimatnya.

“Aku tidak tertarik untuk melihatnya”

“Kenapa?” Harry menatap kedua mataku begitupun aku.

“Kalau bersamamu apapun yang aku lakukan terasa sia-sia” 

Hening.

Aku menatap Harry menunggu respondnya namun dia hanya terus diam sambil menatap kedua mataku. Dasar cowok aneh.

“Benarkah?” Harry bergumam.

Aku berdeham sambil mengangguk. Aku tidak salah bicara bukan?

“Kau mau tahu rahasiaku?” tanya Harry.

Beside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang