12

219 27 2
                                    

Aku berusaha terlihat sewajar mungkin. Sejak Harry menarik daguku dan hell yeah aku jadi semerah tomat. Aku langsung menghindari kontak langsung dengannya.

"Kathryn, Anne memanggilmu" Harry berujar, menyadarkanku yang tengah terdiam di depan dispenser. Aku mengangguk.

Aku berjalan ke ruang tengah, menemukan Anne dengan telepon rumah di samping telinganya.

"Ibumu menelepon" ujar Anne sumringah.

"What? Mom?" Aku refleks. Camilla? Mana mungkin dia punya waktu untuk memikirkanku apalagi mencari keberadaanku.

"Come here, fast Kathryn" Anne mengayun-ayunkan tangannya memanggilku. Aku berlari kecil ke arahnya lalu menerima gagang telepon tersebut ragu.

"Hello?"

"Omygod, you there? Kathryn?"

Perfect. Itu benar-benar dia.

"Kau kemana saja? Cepat pulang! Sudah lebih dari dua bulan! Apa kau gila?"

Aku diam. Aku muak dengan wanita paruh baya ini.

"Kathryn. Listen. Please come back. Philip sudah mencarimu terus-menerus. Kasihani dia"

"Apa kau melakukan ini karena Philip mengancammu?"

Kukira suaraku akan bergetar namun ternyata... Itu malah terlihat sangat kuat dan penuh kebencian.

Tidak ada jawaban.

"Kau masih sama saja Camilla. Dunia modellingmu masih jadi yang paling atas. Kau meninggalkan Dad karena ingin mengejar impianmu itu."

"Kathryn"

"I will ruin your career by myself, Mom. You just have to wait."

"Kathryn sejak kapan kau jadi begini?!! Listen.."

"Aku akan muncul ke permukaan. Dan kau akan hancur"

Aku menutup gagang telepon tersebut dengan keras. Lebih seperti bantingan.

Aku terdiam merenung semenit dua menit, lalu tiba-tiba aku menangis. Dadaku begitu sesak. Aku ingin seperti orang lain sejak kecil. Aku ingin diperhatikan. Bukan cuma dibiayai untuk hidup.

Aku ingin ibuku mencariku, berjalan bersamaku bukan cuma mengunjungiku seminggu sekali. Bahkan sebulan sekali.

Aku ingin mereka mengakuiku.

Ibuku yang jahat. Kalau saja dia membiarkan Dad membawaku. Mungkin aku sudah hidup bahagia sekarang. Namun... Kenyataannya Dad juga melupakanku setelah dia menemukan kehidupan baru bersama wanita pengganti Mom.

Buk.

Aku mengerang kesakitan. Aku menoleh mendapati Harry dengan tembakan mainan air ditangannya.

Aku mengabaikannya. Dasar childish. Melempariku dengan bantal saat aku lengah.

"Berdiri ikuti aku atau kau akan basah" Harry tersenyum senang. Aku menghapus air mata di wajahku--untung Harry tidak mengungkitnya.

"Biar saja aku basah, toh aku bisa mandi air panas" aku menjawab.

Harry menggertakkan giginya bertingkah seram. Lalu dia menarik pelatuk pistol air tersebut, hingga air memancur keluar dari lubangnya. Aku langsung berteriak dan menghindar.

"HARRY!!! Kenapa kau benar-benar melakukannya?!!"

"Kau yang mempersilahkan" Harry mengikutiku dari belakang--bersiap untuk menyerang lagi.

Beside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang