04

1.1K 128 25
                                    

Aku duduk disofa bersama yang lainnya—Harry tidak nampak  sepertinya dia sedang mengobrol dengan Taylor. Perfect. Dia melarangku untuk berhubungan dengan Niall namun dia berhubungan dengan Taylor mantan pacarnya?

Ruangan ini begitu riuh—aku senang bisa bertemu dengan mereka semua lagi.

Tiba-tiba seseorang duduk disampingku memaksa Liam bergeser sedikit.

Aku menoleh yaampun itu Niall.

“Ada masalah sampai kau tidak membalas pesanku?” tanya Niall sambil menatap kedua mataku.

Aku menggeleng sambil tersenyum, “Aku—“

“Aku sudah tahu”

Aku menatap balik kedua mata irish Niall tersebut. Aku baru menyadari betapa aku merindukannya—Niall terlihat lebih berotot sekarang. Apa dia melakukan hal semacam gym?

“Harry melarangmu bukan?”

Aku memutar kedua lensa mataku lalu mengecilkan suaraku, “Darimana kau tahu?”

Niall tertawa kecil, “Dia memang selalu protektif dengan pasangannya”

Aku tertawa hambar, namun aku bukan.

Aku hanya fake girlfriendnya, ingat?

“Btw, happy birthday Kathryn”

“Thankyou Niall” ujarku sambil tersenyum tersipu. Astaga, aku bisa gila.

“Bisa ikut aku sebentar?” tanya Niall—yatuhan, senyumnya.

Aku mengangguk lalu mengikuti Niall yang berjalan didepanku.

Dia membawaku ke halaman belakang? Niall berhenti dibawah salah satu pohon di halaman belakang ini. Dia bersandar ke batang pohon tersebut sambil tersenyum—dia merogoh sakunya.

“Sekarang apa?” tanyaku sambil ikut berdiri disamping Niall.

“Boleh pinjam tanganmu?” tanya Niall sambil menyembunyikan sesuatu dibelakangnya.

“Baiklah” ujarku sambil memberikan tangan kananku ke Niall—Niall memegangnya lalu dia memasangkan gelang? Ke pergelangan tanganku.

Aku memperhatikan gelang yang teruntai di pergelangan tanganku tersebut lebih dekat—bentuknya seperti not musik namun ada kunci kecil ditengahnya.

“Apa kau suka?” tanya Niall.

Yatuhan, jantungku.

Aku mengangguk sambil tersenyum.

Kami terdiam untuk beberapa saat—hanya saling bertatapan. Sunyi.

“Aku merindukanmu” gumam Niall seolah akan menciumku namun tidak jadi, dia hanya memelukku.

Niall ada dihadapanku sekarang namun dia terasa begitu jauh.

Aku mempererat pelukan ini—entah kapan lagi aku akan bertemu dengan blonde man ini.

Niall mengusap punggungku pelan, “Aku tahu seharusnya aku tidak mengatakan ini..”

Niall melepaskan pelukannya lalu memegang bahuku.

“Tapi, aku tidak bisa melupakanmu. Kathryn”.[]

*

Aku senang menerima kenyataan bahwa semua member 1D akan tetap menginap disini untuk tiga malam. Saat ini, kami sedang makan malam. Aku tidak bisa berhenti saling melirik dengan Niall yang duduk dihadapanku.

Harry berdeham begitu keras—sampai semua perhatian tertuju padanya.

“Apa?” Harry akhirnya bersuara.

Aku menghela napas lalu menyeduh cokelat panasku.

“Kau harus membiarkan Kathryn berteman, Styles” ujar Zayn sambil tersenyum menggoda.

Harry memutar lensa matanya, “Jangan ada yang berani macam-macam dengannya”

Kami semua tertawa namun aku tidak.

Mungkin bukan mereka yang akan macam-macam namun aku yang akan.

Aku tidak percaya Anne membiarkan hal ini terjadi.

Itulah hal yang pertama kali terlintas dipikiranku saat aku baru menyadari bahwa aku lah satu-satunya orang yang masih sadar disini. Yang lainnya mabuk dan nampak tertidur dengan bir ditangan mereka begitupun Gemma.

Ruangan ini begitu menyengat dengan bau alkohol.

Aku mengelilingi ruangan ini mencari Harry yang mungkin sudah tertidur pulas juga—aku melirik jam dinding, sudah pukul 2 pagi. Aku mendengar suara cekikikan dari ruang makan—aku mengintip dan menemukan Harry dan Taylor yang saling bertatapan sambil sesekali tertawa.

Perfect.

Aku kira Taylor tidak akan kembali untuk menginap dan ternyata aku salah.

Aku berbalik lalu menemukan Niall yang tersenyum ke arahku disofa. Aku berjalan dan duduk disampingnya, “Apa kau mabuk juga?”

“Aku tidak akan menyia-nyiakan tiga malam ini dengan alkohol” jawabnya sambil tersenyum.

Aku tertawa tersipu, “Maksudmu?”

Niall tidak menjawab—dia hanya membelaiku lembut lalu sedikit menunduk dan mengambil stick playstation ditangan Zayn yang tidak sadar.

“Kau mau ikut main?” tawar Niall.

Aku menggeleng—aku tidak bisa bermain game seperti itu.

Aku hanya terus memperhatikan Niall yang terlihat begitu mendalami perannya yang entah sebagai apa dipermainan tersebut. Kadang dia tersenyum, berteriak atau terlihat begitu serius.

“Sudah puas melihatnya?” ujar Niall tiba-tiba sambil sesekali melirik ke arahku.

Aku menggeleng, “Kau ini terlalu percaya diri”

“Mengakulah Kathryn” jawab Niall lagi.

Aku mendorong bahunya pelan lalu aku bersandar—tiba-tiba jantungku berdesiran tidak beraturan lagi. Aku suka mencium aroma tubuh Niall yang begitu menenangkan. Tiba-tiba, aku menguap dan merasa begitu mengantuk.

“Kau mengantuk?” tanya Niall.

Aku menggeleng namun mataku tidak mau mengikuti kemauanku—Niall menghentikan kegiatannya tersebut sementara. Dia melirik ke arahku lalu dia bersandar dan mendorong bahuku pelan—membuat aku bersandar didadanya sedangkan dia tetap memainkan tangannya di sticknya tersebut lincah.

Aku ingin tetap sadar namun aku tidak bisa. Aku terlalu mengantuk.

Hal yang terakhir aku ingat sebelum aku jatuh terlelap adalah Niall mengecup keningku.

“Selamat malam, Kathryn” Dan itu kalimat yang diucapkannya.[]

Makin kesini makin sedikit readersnya dan votes dan commentnya:)

Ada yang salaah?

Please.don't.be.a.silent.reader.

Tinggalkan votes dan comment thankyou:)

Beside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang