02

1.2K 109 29
                                    

Jangan lupa play mulmednyaa! Selamat menikmatii!

“ka..bi..kan?”

“kau ini bilang apa sih? Kau membuat kepalaku pusing setiap kau berbicara”

Aku hanya melengos mendengar Harry mengomeliku seperti itu sedaritadi. Menyebalkan sekali sih?! Kalau dia tidak memaksaku untuk menemaninya diacara-acara yang tidak penting pastinya aku tidak akan jatuh sakit bukan?!

“ayo turun” ujar Harry dengan nada memerintah. Dia memarkirkan mobil range rover ini lalu membukakan pintu mobil untukku. Dia memberikan tangannya untuk menyambutku keluar—tapi, aku langsung menepis tangan kekar itu.

Memangnya siapa yang butuh bantuannya hah?!

Aku berdiri dengan memalingkan wajahku dari wajahnya.

“ayo” ujar Harry sambil menggandeng tanganku.

Aku mencoba melepaskannya namun semua usahaku sia-sia. Dia terlalu kuat.

Aku melihat ada pria paruh baya di tepi danau asri yang masih jernih itu—suasananya sangat tenang sekali, jujur aku menyukai tempat ini. Namun, apa maksud Harry membawaku kesini? Apa ada paparazzi yang mengikuti kami? Sampai kapan dia memanfaatkanku begini? Lagipula tadi dia bilang kami hanya pergi sarapan saja—dasar tukang bohong.

Harry berbicara dengan nada sepelan mungkin dengan pria itu. Aku hanya memeluk diriku sendiri—hembusan anginnya, membuat badanku nyaris menggigil.

Harry melemparkan satu buah buku notes kecil dan pulpen untukku.

“i..pa?” ujarku masih berusaha mati-matian mengeluarkan suaraku.

“itu buku untuk kau menulis apa yang ingin kau bicarakan—kau tidak bisa selalu menyusahkan orang disekitarmu selama suaramu hilang” ujar Harry dengan angkuh—aku nyaris ingin melemparinya dengan sepatuku.

“ayo naik” ujar Harry sambil menengadahkan tangannya.

Aku hanya menatapnya bingung—sudahlah, aku sudah capek untuk berusaha berbicara, yang ada aku malah diomeli oleh pria curly ini, cih.

“sudahlah, kau ini keras kepala sekali” ujar Harry menarik lenganku—lalu dia melompat ke rakit yang terbentuk dari bambu-bambu itu, lalu dia menarikku, aku nyaris saja terjatuh dibuatnya untung saja tangan kekarnya dengan cekatan merengkuhku.

Kenapa harus berdekatan dengan air sih? Apa Harry masih tidak peka juga kalau aku phobia dengan air yang banyak seperti Zayn?

Baiklah, dia pasti tidak tahu—karena aku tidak akan pernah membiarkannya tahu dengan masa kelamku itu.

Dia mendorong bahuku kebawah hingga aku terduduk dan dia juga duduk dihadapanku. Pria paruh baya itu mulai mendayung rakit itu dengan bambu panjang. Aku bisa melihat Harry menggosok-gosok kedua tangannya karena kedinginan, hidungnya memerah—dia terlihat sangat lucu, saat sedang seperti ini.

“hey, kau sedang apa? Kenapa tersenyum-senyum melihatku?” ujar Harry membuyarkan lamunanku.

Aku menggeleng.

“ki..”

“tulis di buku tadi, bodoh” ujar Harry setengah memerintah.

Dasar kau yang bodoh! Errr, tuhan sampai kapan kondisiku seperti ini.

Aku dengan cepat mengambil buku kecil itu dan menuliskan kalimat dengan cepat.

Kita mau kemana, bodoh?

“nanti juga kau akan tahu” ujar Harry dengan begitu santai.

Aku mendengus kesal.

Aku ingin tau sekarang, HARRY ANNOYING STYLES.

Beside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang